HERALD.ID, JAKARTA — Indonesia menyimpan jutaan harta ‘karun’ yang perlu dijamah lalu dilestarikan. Salah satunya adalah wastra tenun ikat Sekomandi. Kamu pernah dengar?
Tenun ikat Sekomandi terdapat di daerah pegunungan, kecamatan Kalumpang yang secara administratif merupakan wilayah Kabupaten Mamuju, Provinsi Sulawesi Barat.
Sesuai data Ahli Arkeologi, Keberadaan suku Kalumpang purba adalah suku dari Ras Austronesia Neolitikum yang dihuni penduduk asli, sebelum kedatangan orang-orang Proto Melayu 3.600 tahun sebelum Masehi.
Seni budaya leluhur yang melekat pada suku Kalumpang yang masih terjaga hingga kini yakni tradisi menenun yang dikenal dengan tenun ikat tradisional Sekomandi.
Zaman dahulu kala selain dibuat untuk kepentingan sendiri, tenun ikat ini juga menjadi alat tukar bernilai tinggi.
Biasanya dibarter dengan beberapa hewan peliharaan seperti kerbau.
Keunikan kain tenun Ikat Sekomandi, terdapat pada pola warna dan struktur kain. Dimana semua proses pengerjaannya dilakukan dengan tangan atau ditenun dengan menggunakan alat-alat tradisional lainnya.
Dibutuhkan waktu berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan-bulan untuk memproduksi sehelai kain tenun ikat Sekomandi.
Pohon kapas yang ditanam masyarakat adalah bahan utama untuk membuat benang, yang kemudian dipintal dengan cara-cara tradisional khas suku Kalumpang.
Proses pewarnaan pada ikat Sekomandi menggunakan cabai dan kemiri serta beberapa akar tumbuhan untuk membuat perekat warna dasar, yang dilumurkan ke dalam kapas setelah ditumbuk pada lesung, dan dimasak bersama benang kapas tersebut.
Silahkan kirim ke email: redaksi@herald.id.