Seorang remaja di Toraja Utara, Serti Dawana menenun kain khas. Kain ini harus diselesaikan dua pekan.
HERAL.ID –“Singgah kak, ini kain tenun asli tanah Toraja,” ucap seorang remaja putri menarik kayu yang terlilit benang nilon.
Seorang remaja putri bernama Serti Dawana. Usianya 17 tahun, dia sedang menenun kain.
Perempuan berambut panjang terurai ini duduk melantai, kedua kakinya memanjang masuk di sela kain. Tubuhnya menahan tekanan alat tenun tradisional yang ia gunakan. “Ini lagi menenun kain kak,” kata siang itu, saat Expo UMKM Pekan Pemuda di pelataran gedung Art Center Kabupaten Toraja Utara.
Jemari Serti lihai. Memasukan helai demi helai benang, kemudian dipadatkan menjadi kain. Corak khas Toraja.
Rumah Serti berada di Desa Sa’dan Ulu Salu, salah satu wilayah terjauh di Kabupaten Toraja Utara. Desa ini juga sering dijuluki kutub utara Toraja. Dia mengungkapkan, sudah mulai menenun sejak umur 12 tahun.
Ketertarikannya menenun didasari faktor ekonomi. Ketidakmampuan kedua orang tua menjadi motivasinya. Demi membiayai sekolahnya.
“Orang tua petani. Jadi saya belajar menenun untuk biayai sekolah. Puji Tuhan, saya sendiri biayai sekolahku sampai SMA kelas 3 ini,” ungkapnya.
Seperti remaja lainnya, Serti juga seringkali tergiur bergabung dengan temannya untuk sesekali nongkrong. Namun, target menyelesaikan satu kain tenun untuk ia jual harus terpenuhi. Tak ingin mengecewakan konsumennya.
Untuk mendapatkan konsumen pertama, sangat sulit baginya. Umurnya yang masih muda membuat konsumen kurang percaya akan kualitas kain dihasilkan. Tapi dengan keraguan itu, dirinya termotivasi untuk menciptakan kain dengan kualitas yang bagus.
Silahkan kirim ke email: redaksi@herald.id.