Herald Indonesia – Mahasiswi bernama Sadariah (22) di Kabupaten Polewali Mandar (Polman), Sulawesi Barat (Sulbar) menyita perhatian banyak orang setelah berhasil mengekspor 25 ton sapu lidi ke India.
Siapa sangka, bisnis sapu lidi Sadariah sempat diragukan keluarganya sendiri hingga ditipu oleh pemasok.
“Awalnya keluarga meragukan, baru ji ini men-support. Bapak yang tidak men-support, dia sempat meragukan apa yang saya kerjakan dan meminta saya fokus agar bisa menjadi guru,” kata Sadariah kepada wartawan, Sabtu (23/4/2022).
Sadariah merupakan anak sulung dari tiga bersaudara pasangan Warda dan Sallah. Sedari kecil, Sadariah tinggal bersama kerabatnya di Desa Sambali Wali, Kecamatan Luyo karena kedua orang tua Sadariah merantau di Malaysia.
Sejak kecil Sadariah memang bertekad menjadi seorang pengusaha. Dia selalu berharap dapat membuka lapangan kerja buat warga di kampung halamannya.
“Saya memang berniat untuk membuka lapangan pekerjaan, apalagi kampung halaman saya ada daerah yang kondisinya kering, tidak ada pekerjaan. Itu yang selalu memotivasi saya, agar dapat membuka lapangan kerja untuk memberdayakan masyarakat,” ungkapnya.
Saat ini, Sadariah sebenarnya tercatat sebagai salah satu mahasiswi pada salah satu sekolah tinggi ilmu ekonomi di Surabaya, Jawa Timur.
Karena pandemi COVID-19, Sadariah banyak menghabiskan waktu di kampung halaman dan mengikuti perkuliahan secara daring.
Sadariah tidak pernah menduga, pandemi COVID-19 yang nyaris melumpuhkan aktivitas warga sejak tahun 2020 lalu justru memberinya jalan menjadi pebisnis.
Kondisi pandemi malah menjadi awal baginya menjadi eksportir limbah kelapa yaitu sapu lidi.
Setelah mendapat buyer, perjuangan Sadariah mengumpulkan sapu lidi untuk diekspor tidak berjalan mulus. Berulang kali usaha yang dirintisnya nyaris gagal, lantaran pasokan sapu lidi dari supplier (penyuplai) tidak sesuai yang diharapkan.
“Saya pernah ditipu oleh warga. Supplier begitu. Itu karena ada supplier yang mengaku siap memenuhi kebutuhan, namun setelah sapu lidi dibutuhkan karena kontainer harus segera berangkat, itu orang (supplier) tidak bisa dihubungi, akhirnya buyer marah-marah,” bebernya sambil tertawa.
Meski begitu, pengalaman buruk dengan sejumlah supplier tidak membuat Sadariah berputus asa apalagi menyerah. Dengan berbagai macam cara, ia meyakinkan buyer jika mampu memenuhi permintaan sapu lidi sesuai perjanjian.
“Intinya kita tetap berusaha meyakinkan buyer soal sapu lidi yang belum terkumpul semuanya. Makanya saya sering bermalam di jalan, karena harus mendatangi sejumlah daerah untuk mencari sapu lidi. Mudah sekali jika kita mau mengundurkan diri, tinggal mengembalikan uang, tapi itu artinya kita tidak bertanggung jawab,” terang Sadariah.
Untuk mendukung ekspor sapu lidi yang digelutinya, Sadariah mendapat bantuan sejumlah rekannya. Mereka kemudian mendirikan unit usaha dengan nama CV Coco Mandar Indonesia, yang berpusat di Desa Sambali Wali.
Awalnya, sapu lidi yang dikumpulkan Sadariah ditampung pada sejumlah rumah kerabatnya. Setelah sukses melakukan ekspor perdana pada akhir 2021 lalu, Sadariah menyulap rumahnya menjadi gudang penampungan sapu lidi.
Salah satu rekan Sadariah bernama Azizah Timumun mengatakan, kurangnya edukasi ke masyarakat juga menjadi salah satu kendala memenuhi permintaan sapu lidi untuk diekspor.
“Kendalanya, karena masih banyak masyarakat yang belum teredukasi, mereka masih belum percaya kendati kita sudah beri payment (pembayaran),” imbuh Azizah terpisah.
Bahkan menurut Azizah, tidak jarang Sadariah harus merugi karena barang (sapu lidi) tidak sesuai yang diharapkan, padahal supplier sudah diberi DP (down payment atau uang muka).
“Pernah rugi, karena ada yang sudah di-DP, barang tidak sesuai standar. Barang juga tidak diganti, DP dikembalikan sedikit demi sedikit,” katanya.
Keberhasilan Sadariah mengekspor sapu lidi tidak hanya mengundang perhatian warga, tetapi juga pemerintah setempat.
Secara resmi pemerintah setempat memfasilitasi Sadariah melakukan ekspor 25 ton sapu lidi ke India.
Ekspor komoditas pertanian sapu lidi ini berlangsung di pelataran Gedung Gabungan Dinas (Gadis) Polewali Mandar, Jumat (23/4) kemarin. Ditandai dengan pengguntingan pita serta pemecahan kendi, dilakukan sejumlah pihak di antaranya Gubernur Sulawesi Barat Ali Baal Masdar, Bupati Polewali Mandar Andi Ibrahim Masdar, Kepala Pusat Karantina Hewan dan Keamanan Hayati Wisnu Masisa, serta Sadariah selaku Direktur CV Coco Mandar Indonesia. (*)
Artikel ini telah tayang di Herald Selatan dengan judul ‘Kisah Perjalanan Bisnis Mahasiswa Asal Polman, Pengekspor 25 Ton Sapu Lidi ke India’ selengkapnya https://selatan.herald.id/2022/04/24/kisah-perjalanan-bisnis-mahasiswa-asal-polman-pengekspor-25-ton-sapu-lidi-ke-india/