HERALD.ID — Peringatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) terbukti. Laut selatan Jabar-DIY rawan akibat ombak tinggi. Guru besar Universitas Gadjah Mada (UGM) jadi korban.
Pada Sabtu, 25 September 2022, BMKG mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan untuk mewaspadai potensi terjadinya gelombang sangat tinggi di laut selatan Jawa Barat, Jawa Tengah, dan Daerah Istimewa Yogyakarta.
“Potensi terjadinya gelombang sangat tinggi tersebut lebih dipengaruhi oleh peningkatan kecepatan angin yang bertiup di atas wilayah perairan selatan Jabar hingga DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY,” kata Kepala Kelompok Teknisi BMKG Stasiun Meteorologi Tunggul Wulung Cilacap Teguh Wardoyo di Cilacap, Jateng, Sabtu.
Angin di wilayah selatan Indonesia khususnya laut selatan Jabar-DIY dominan bergerak dari arah timur-tenggara dengan kecepatan berkisar 5-20 knot.
Menurut dia, pola pergerakan angin yang cenderung searah dengan kecepatan tinggi itu dapat memicu terjadinya peningkatan tinggi gelombang.
“Oleh karena itu, kami mengeluarkan peringatan dini gelombang sangat tinggi yang berlaku hingga tanggal 26 September 2022 dan akan segera diperbarui jika ada perkembangan lebih lanjut,” katanya.
Peringatan dini tersebut dikeluarkan karena tinggi gelombang di wilayah perairan selatan Jabar, perairan selatan Jateng, dan perairan selatan DIY maupun Samudra Hindia selatan Jabar-DIY berpotensi mencapai kisaran 4 meter hingga 6 meter yang masuk kategori sangat tinggi.
Terkait dengan kondisi tersebut, Teguh mengimbau seluruh pengguna jasa kelautan khususnya nelayan tradisional yang menggunakan perahu berukuran kecil maupun operator tongkang pengangkut batubara untuk memerhatikan risiko tinggi gelombang terhadap keselamatan pelayaran.
“Kepada wisatawan yang mengunjungi pantai selatan Jabar, Jateng, dan DIY terutama wilayah pantai yang terhubung langsung dengan laut lepas diimbau untuk tidak berenang di pantai karena gelombang tinggi dapat terjadi sewaktu-waktu,” kata Teguh.
Hanya berselang beberapa jam setelah peringatan itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat, dan Keperawatan (FKKMK) Prof Samekto Wibowo meninggal dunia.
Prof Samekto Wibowo terseret ombak di Pantai Pulang Sawal, Gunungkidul, DIY, Sabtu (24/9/2022).
“Memang betul, jadi sedang reuni sejak semalam. Lagi foto-foto terus kemudian ada ombak beliau jatuh katanya. Jadi telungkup gitu terus ada ombak lagi, keseret belum sempat bangun,” kata Rektor Universitas Gadjah Mada (UGM) Prof Ova Emilia.
Saat ini, jenazah Samekto masih di RSUD Wonosari, Gunungkidul. Terkait rencana proses pemakaman almarhum, masih dimusyawarahkan bersama keluarga.
“Kebetulan saya sangat dekat ya, orangnya sabar dan kalau ngajarin itu sabar banget, dan orangnya tidak neko-neko kok. Jadi kita sangat kehilangan,” ujar dia.
Koordinator SAR Linmas Wilayah II Pantai Baron Marjono menjelaskan bahwa korban bersama beberapa rekan-rekannya berfoto di sekitar bawah tebing Pantai Sawal pada Sabtu (24/9/2022) sekitar pukul 11.00 WIB.
“Korban sedang berfoto bersama rombongan di bawah tebing sebelah barat Pantai Pulang Sawal. Sudah berkali-kali petugas mengimbau agar menepi, tetapi tidak dihiraukan,” kata dia.
Prof Samekto akhirnya terhantam gelombang besar dan terseret hingga ke tengah perairan. Petugas Satlinmas yang mengetahui peristiwa itu, langsung mengevakuasi korban ke tepi pantai dan kemudian membawa ke Puskesmas Tepus.
Prof Samekto, kata dia, mengalami pingsan dan mulut berbusa diduga akibat terlalu banyak kemasukan air.
“Namun korban mengalami henti nafas dalam perjalanan menuju Puskesmas Tepus. Selanjutnya, jenazah dibawa ke ruang jenazah RSUD Wonosari,” ujar Marjono. (*)