HERALD.ID, SURABAYA – Partai Gerindra mempunyai cara tersendiri dalam memperingati Hari Santri Nasional (HSN) 2022 yaitu dengan kegiatan napak tilas jejak sejarah perjuangan Hadratus Syeikh KH M Hasyim Asy’ari yang ada di Kota Surabaya. Cara ini diyakini lebih afdol untuk mengenang perjuangan.
Napak tilas ini dipimpin langsung oleh Ketua DPD Partai Gerindra Jatim Anwar Sadad didampingi jajaran pengurus DPD Partai Gerindra Jatim, pengurus DPC Partai Gerindra Surabaya, Sabtu 22 Oktober 2022.
Lokasi pertama yang didatangi rombongan kader partai besutan Prabowo Subianto adalah bekas Penjara Koblen Surabaya. Penjara ini pernah dihuni oleh rais akbar PBNU Hadratus Syeikh KH M Hasyim Asy’ari oleh tentara Jepang di penjara khusus tahanan politik selama 3 bulan.
“Hadratus Syeikh dianggap sebagai orang berbahaya bagi Jepang karena beliau mendukung bahkan memotivasi masyarakat untuk berjuang melawan pendudukan Jepang agar bangsa Indonesia bisa meraih kemerdekaan,” tutur Sadad.
Wakil ketua DPRD Jatim ini berharap dengan adanya napak tilas ini, generasi penerus bangsa utama bagi para pemimpin masyarakat bisa merasakan spirit perjuangan KH M Hasyim Asy’ari dalam mempertahankan kemerdekaan bahkan dihukumi fardhu ain hingga beliau ditangkap menjadi tahanan politik era pendudukan Jepang.
Sadad menilai dalam berjuang, Hadratus Syeikh itu bukan hanya berdiam diri dan mendapat laporan tapi juga merasakan langsung resiko perjuangan.
Spirit yang bisa dipetik adalah bahwa pemimpin itu menderita. Hal itu mengutip pernyataan Agus Salim salah satu penjuang nasional asal Sumatera Barat.
Ia juga berharap pemerintah dan seluruh elemen masyarakat bisa ikut merawat situs sejarah perjuangan para pendiri bangsa khususnya yang ada di penjara Koblen agar nantinya bisa menjadi pendidik bagi generasi penerus bangsa untuk direaktualisasikan dalam mengisi kemerdekaan .
“Tentunya cara merawat situs cagar budaya ini harus disesuaikan dengan konteks kekinian sehingga generasi muda bisa tertarik dan tidak melupakan faktor ekonomis bagi pengelolanya,” papar Gus Sadad sapaan akrabnya.
Lokasi selanjutnya yang menjadi jujukan adalah Hoofdbestuur Nahdlatul Ulama (HBNU) atau kantor PBNU pertama yang sekarang menjadi kantor PCNU Kota Surabaya di Jalan Bubutan VI No.2 Surabaya.
Di lokasi kedua ini, rombongan kader Partai Gerindra ditemui langsung Ketua PCNU Surabaya Dr H Muhibbin Zuhri di dampingi wakil ketua PCNU Surabaya Gus Sholahudin Azmi dan jajaran pengurus PCNU lainnya.
Menurut Muhibbin Zuhri kantor PCNU Surabaya ini merupakan bukti sejarah bahwa kiai se Jawa dan Madura pernah berkumpul dan bermusyawarah disini untuk menyikapi fatwa jihad yang dikeluarkan hadratus syeikh KH M Hasyim Asy’ari di Tebuireng Jombang pada 11 September 1945.
“Hasil musyawarah itu melahirkan Resolusi Jihad NU pada 22 Oktober 1945. Resolusi Jihad itulah yang meresonansi masyarakat dan kalangan santri berani angkat senjata mempertahankan kemerdekaan pada 10 November 1945 melawan tentara Belanda yang membonceng sekutu untuk menjajah kembali Indonesia hingga peperangan dahsyat tersebut dikenang sebagai Hari Pahlawan,” bebernya.
Barulah pada tahun 2015, lanjut pria yang juga dosen UINSA, sejarah perjuangan para ulama, santri dan masyarakat itu diakui oleh pemerintah sehingga diabadikan dengan peringatan Hari Santri Nasional setiap tanggal 22 Oktober.
Dr Muhibbin Zuhri juga mengapresiasi partai gerindra yang sangat peduli dengan spirit resolusi jihad NU. Sebab perjuangan sekarang bukan lagi mengangkat senjata melainkan bagaimana mengisi kemerdekaan dan memerangi kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan yang masih dirasakan masyarakat.
“Sebagai warga negara yang baik, kita bisa berjuang mengisi kemerdekaan ini dari manampun termasuk melalui jalur partai politik. Spirit perjuangan dari tokoh–tokoh pendiri bangsa seperti KH M Hasyim Asy’ari haruslah diwarisi dan diteladani untuk ditularkan kepada generasi penerus bangsa,” pinta ketua PCNU Surabaya ini.
Masih di tempat yang sama, Anwar Sadad kembali menegaskan bahwa tujuan napak tilas ke HBU ini adalah untuk memberikan edukasi kepada kader partai gerindra dan masyarakat utamanya generasi muda bahwa perjalanan sejarah bangsa tercinta ini mulau zaman penjajahan, merebut dan mempertahankan kemerdekaan hingga sekarang ada referensi yang masih terjaga dengan baik.
“Kebetulan kami memiliki garis geneologi untuk mewarisi ajaran-ajaran yang telah diajarkan oleh pendahulu utamanya dari kalangan ulama dan kiai pondok pesantren. Nilai-nilai kejuangan itulah yang ingin kami internalisasikan kepada kader partai gerindra,” katanya.
Ia juga mengingatkan bahwa struktur DNA yang mendirikan bangsa Indonesia mulai dari perjuangan fisik maupun perjuangan kontitusional adalah kelompok masyarakat nasionalis dan kelompok masyarakat yang agamis (relegius).
“Harmoni kelompok nasionalis dan kelompok relegius itu harus tetap kita jaga. Apalagi jelang tahun politik, salah satunya dengan kegiatan napak tilas sejarah perjuangan hadratus syeikh KH M Hasyim Asy’ari ini,” pungkas Gus Sadad. (*)