HERALDS.ID, MAKASSAR – Polsek Astana Anyar berduka. Satu personelnya gugur pascabom bunuh diri pada Rabu 7 Desember 2022 lalu.
Selain disebut-sebut sebagai jalan menuju surga, juga ada rasa kecewa yang membuat seseorang nekat melakukan bom bunuh diri tersebut.
“Tapi kalau meledakkan diri, bukanlah sesuatu yan benar karena boleh jadi ada hawa nafsu, ada tekanan, kekecewaan,” kata mantan narapidana teroris, Muchtar Daeng Lau, Selasa 13 Desember 2022.
Kemudian, lanjut Muchtar, pelaku bom bunuh mendapat pemahaman yang sesat. Pemahaman itu mengajarkan bahwa salah satu menuju surga, yakni berjihad.
Hanya saja, jihad yang ia lakukan berbeda dengan yang diajarkan agama, sehingga nekat melakukan bom bunuh diri.
“Istilahnya itu ada mentornya. Mungkin memberi pemahaman bilang apa yang kau lakukan ini adalah jalan tol menuju surga. Memang dalam Islam jihad itu ada, tapi ada yang disyariatkan oleh Allah,” jelasnya.
Sebelumnya diberitakan, Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) menduga, pelaku bom Polsek Astana Anyar, Kota Bandung, Jawa Barat, tidak bekerja sendiri untuk melancarkan aksi teror tersebut.
Deputi Bidang Penindakan dan Pembinaan Kemampuan BNPT Ibnu Suhendra mengatakan bom bunuh diri yang terjadi di Polsek Astanaanyar itu merupakan aksi dari suatu kelompok.
Seperti yang dilakukan pelaku pada tahun 2017 saat menyerang Kantor Kelurahan Cicendo, Bandung.
“Berbeda dengan pelaku yang melakukan penyerangan di Bareskrim (Mabes Polri pada 2021), yang diidentifikasi oleh Densus bahwa itu lone wolf,” kata Ibnu di Polrestabes Bandung, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (8/12/2022).
Pada tahun 2017, menurutnya pelaku bom Astanaanyar yakni Agus Sujatno itu terlibat sebagai perakit ‘bom panci’ di Kelurahan Cicendo. Setelah itu Agus ditangkap dan dipenjara selama empat tahun di Lembaga Pemasyarakatan Nusakambangan dan bebas pada tahun 2021. (*)