HERALD.ID, JAKARTA—Anggota Komisi X DPR RI Ferdiansyah mengusulkan pemangkasan program prioritas Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) Tahun 2023, yang sebelumnya terdiri dari lima program menjadi empat program.
Ferdiansyah menyampaikan usulan itu dalam Rapat Kerja Komisi X dengan Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali di Ruang rapat Komisi X, Gedung Nusantara I, DPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/2023)
Dengan pemangkasan itu, ia berharap Kemenpora bisa menjadi lebih fokus untuk meningkatkan kualitas dengan memperbaiki tata kelola pelaksanaan program yang dicanangkan.
“Pak Zainudin Amali mengangkat (program prioritas Kemenpora) ada lima, tapi menurut kami cukup empat saja. Di mana menyangkut 4 hal pokok (berupa) akses, kualitas, tata kelola, dan relevansi. Sehingga, secara konkret, melalui forum ini, kami mengusulkan program prioritas Kemenpora cukup empat saja” katanya dikutip dari dpr.go.id.
Politisi dari Fraksi Partai Golongan Karya itu menilai, program strategis itu harus memiliki dampak yang langsung terasa oleh masyarakat Indonesia.
Sehingga, baginya, kualitas program lebih baik diutamakan dibandingkan kuantitas program. “Intinya Kemenpora sudah membuka pintu, memang sasarannya (menjadi) tidak banyak, tapi tinggal kualitasnya dinaikkan,” pungkasnya.
Menteri Pemuda dan Olahraga RI Zainudin Amali di depan dewan memaparkan lima program prioritas Kemenpora tahun 2023 di antaranya pertama memperbaiki tata kelola kelembagaan, kompetensi ASN, penyederhanaan regulasi, penyesuaian birokrasi, dan peningkatan kecepatan pelayanan publik; kedua, pelayanan pemuda untuk menjadi kreatif, inovatif, mandiri, dan berdaya saing serta menumbuhkan semangat kewirausahaan.
Lalu, ketiga, penguatan ideologi Pancasila dan karakter serta budaya bangsa di kalangan pemuda; keempat, pemassalan dan pemasyarakatan olahraga yang menimbulkan kegemaran untuk hidup lebih sehat dan bugar di kalangan masyarakat. Terakhir, kelima, pembinaan usia dini dan peningkatan prestasi atlet yang terencana dan berkesinambungan.
Sementara itu, Anggota Komisi X DPR RI Andreas Hugo Pareira meminta kesungguhan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk lebih sistematis sekaligus detail dalam merancang Desain Besar Olahraga Nasional (DBON).
Baginya, aspek ini vital lantaran desain tersebut mengatur sistem hulu hingga hilir olahraga di Indonesia. Di mana, tujuannya adalah membina para atlet dari berbagai cabang olahraga yang tangguh ke tingkat internasional.
“DBON ini perlu ada detailnya dalam arti dari atas ke bawah. Kita ini sering membuat rencana besar-besar, tetapi kelemahannya itu pada hal-hal yang detail dan DBON itu perlu sampai pada hal-hal yang detail tadi,” ujar Andreas dalam Rapat Kerja dengan Menteri Pemuda dan Olahraga Zainudin Amali di Gedung Nusantara I, Senayan, Jakarta, Selasa (31/1/2022).
Politisi Fraksi PDI-Perjuangan itu juga meminta kejelasan bagian dalam Kemenpora yang bertanggungjawab menangani DBON. Dari sudut pandangnya, bagian ini akan berperan untuk implementasi dan evaluasi DBON di Indonesia. Pasalnya, dalam beberapa kunjungan kerja Komisi X DPR RI, ia melihat implementasi DBON tidak terdengar gaungnya di sejumlah daerah.
Dirinya memahami dampak DBON di Indonesia tidak bisa dirasakan cepat karena membutuhkan waktu penerapan sekitar 5-6 tahun ke depan. Akan tetapi, ia menegaskan DBON ini benar-benar diterapkan sunguh-sungguh sekaligus menjadi bagian rencana jangka panjang pemerintah demi melahirkan para atlet yang mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
“Kita tidak bisa menuntut prestasi itu seperti bolak-balikin tangan. Apa yang kita rencanakan bersama ini, 5 tahun lagi, 6 tahun lagi, pasti akan kelihatan hasilnya. Dan saya kira, menekuni DBON ini satu hal yang mungkin hari ini belum kelihatan, tapi 5 tahun 6 tahun lagi, olimpiade-olimpiade berikut, kita akan menjadi punya prestasi,” tandas Andreas.
Sebagai informasi, Desain Besar Olahraga Nasional (DBON) yang dipayungi Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 86 Tahun 2021 untuk mengatur dari hulu sampai ke hilir olahraga. Hulunya adalah kebugaran masyarakat, sementara hilirnya adalah prestasi olahraga di tingkat dunia. Jika diterapkan, DBON berpotensi membawa Indonesia masuk ke dalam 10 besar rangking dunia olimpiade pada usia 100 tahun Indonesia merdeka. (*)