HERALD.ID — Apa bedanya orang yang rutin olahraga dan yang tidak berolahraga? Sebuah video menggugah kesadaran orang-orang untuk aktif bergerak setiap hari.

Berolahraga tidak mesti mengikuti pakem gerakan olahraga secara umum. Bagi petani, pekebun, atau tukang, pekerjaannya sudah menjadi olahraga tersendiri.

Saat memiliki waktu luang, beberapa orang justru memilih rebahan atau duduk santai. Padahal, jarang atau sama sekali tidak olahraga dapat berisiko terhadap perburukan kesehatan dan merupakan salah satu faktor risiko kematian dini pada manusia.

Sebuah penelitian yang diterbitkan The Lancet, tidak aktif bergerak lebih menyebabkan lebih banyak kematian, dibandingkan dengan kebiasaan merokok atau penyakit diabetes.

Para peneliti menemukan bahwa orang yang tidak fit, memiliki risiko kematian dini 500 persen lebih tinggi. Ada beberapa dampak negatif yang bisa terjadi bagi orang jarang berolahraga.

Dimulai dari kesulitan tidur. Orang yang tidak berolahraga atau jarang beraktivitas fisik sering mengalami susah tidur. Susah tidur atau tidak memiliki tidur yang berkualitas mungkin bukan sesuatu yang perlu dikhawatirkan.

Namun, jika kondisi tersebut terjadi cukup sering, kesehatan Anda mungkin akan memburuk karena kurangnya tidur yang berkualitas.

Susah tidur dapat menyebabkan seseorang mengalami penambahan berat badan, diabetes, penyakit jantung, imunitas menurun, gangguan mood, susah berkonsentrasi, hingga kecelakaan saat berkendara.

Sementara itu, aktivitas fisik seperti membersihkan halaman, berkebun, mengayuh sepeda, lari yang dilakukan di luar ruangan dapat menjadi pendorong agar Anda lebih mudah terpejam dan memiliki tidur yang berkualitas.

Berolahraga juga membantu kinerja jantung agar lebih efisien dalam memompa darah. Jika kita tidak berolahraga, seiring waktu kebugaran organ kardiovaskular dan pernapasan akan menurun.

Seseorang yang sama sekali tidak berolahraga atau jarang melakukan aktivitas fisik berisiko besar terkena penyakit jantung. Bahkan, orang yang tidak memiliki faktor risiko klasik, seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan obesitas, dapat terkena penyakit kardiovaskular.

Para ilmuwan juga meyakini, olahraga meningkatkan neuroplastisitas, kemampuan otak untuk membentuk koneksi saraf baru dan beradaptasi sepanjang hidup.

Penelitian telah menunjukkan bahwa salah satu area pertumbuhan tersebut adalah di hipokampus, yang mengatur memori dan fungsi eksekutif.

Satu studi yang dipresentasikan dalam jurnal Neurology menemukan bahwa orang yang bugar saat dewasa memiliki memori, keterampilan motorik, dan kemampuan yang lebih baik untuk fokus dan mengendalikan emosi saat berada di usia paruh baya.

Aktivitas fisik juga memainkan peran penting dalam bagaimana tubuh Anda memproses karbohidrat. Itu sebabnya, melewatkan workout dapat membuat gula darah tak stabil.

Dalam jangka pendek, mengurangi aktivitas harian dan berhenti olahraga dapat menyebabkan perubahan akut pada tubuh terkait dengan diabetes.

Sebaliknya, satu kali olahraga ringan dapat memperbaiki sistem tubuh dalam mengatur glukosa darah.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa kurangnya aktivitas olahraga dalam menimbulkan kerugian besar pada tahun-tahun mendatang.

WHO memperkirakan akan ada setengah miliar kasus baru gangguan tidak menular, seperti penyakit jantung dan diabetes pada 2030 nanti apabila olahraga belum dijadikan prioritas.

Tidak hanya itu, duduk sepanjang hari atau perilaku menetap merupakan faktor risiko dari berbagai kondisi kronis dan kematian dini. Banyak studi menunjukkan hubungan antara aktivitas fisik dengan berkurangnya risiko penyakit kanker.

Menurut National Cancer Institute, orang yang melakukan aktivitas fisik tingkat tinggi memiliki risiko 19 persen lebih rendah terkena kanler usus besar, dibandingkan mereka yang kurang aktif.

Dalam meta-analisis studi kanker payudara, ditunjukkan pula wanita yang rajin olahraga memiliki risiko 12-21 persen lebih rendah terkena kanker payudara.

Nah, seiring bertambahnya usia, kalsium dari tulang diserap kembali ke dalam aliran darah. Hal ini menyebabkan pengurangan massa tulang dan dapat menyebabkan tulang rapuh atau disebut osteoporosis. Salah satu cara utama untuk mencegah pengeroposan tulang ini adalah dengan berolahraga.

Berikut ini tujuh potret orang yang rajin berolahraga dengan tidak berolahraga. Semoga bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun:

Olahraga ala Rasulullah

Apakah di zaman Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam ada olahraga? Pertanyaan itu terjawab dalam salah satu hadis yang sangat populer.

Imam Ibnu Qayyim al-Jawziyyah (1292-1350 M) dalam bukunya, Zad al-Ma’ad, menekankan pentingnya berolahraga dan efeknya pada tubuh. Bagaimana olahraga memperkuat dan membentuk imunitas tubuh terhadap penyakit.

Salim al-Hassani dalam artikelnya “A 1000 Years Amnesia: Sports in Muslim Heritage” mengungkapkan, selain sains dan teknologi, banyak yang mengagungkan Eropa sebagai kiblat olahraga. Padahal, tiap kebudayaan memiliki olahraga khas, termasuk Islam.

Rasulullah seperti dalam riwayat Bukhari dan Muslim menganjurkan orang tua untuk mengajarkan anaknya berenang, menunggang kuda, dan memanah.

Memanah termasuk olahraga tertua. Olahraga ini sudah ada sejak zaman batu (20 ribu sebelum Masehi). Rasulullah sendiri merupakan pemanah dan memiliki tiga busur.

Rasululllah juga menyerukan agar generasi muda pada masa itu mahir berkuda. Kemahiran berkuda merupakan kemampuan dasar yang mesti dimiliki pria ketika itu. Selain untuk berburu, ketangkasan berkuda adalah penopang penting dalam peperangan.

Selain berkuda dan memanah, Rasulullah juga menganjurkan agar umatnya bisa berenang. Selain memerlukan kekuatan fisik, olahraga ini juga membutuhkan intelektualitas tinggi pada pelakunya.

Piawai dalam berenang ternyata mampu mengantarkan pasukan Turki Utsmani di bawah kepemimpinan Sultan Muhammad al-Fath merebut Konstatinopel pada abad ke-14.

Pasukan Turki ketika itu terlebih dulu harus berenang mengarungi Selat Bospurus (karena laju kapal diadang oleh armada Romawi Byzantium di sepanjang pantai), baru naik kuda untuk mengobrak abrik pasukan musuh dengan serangan panah bertubi-tubi. (*)