HERALD.ID, BANJARMASIN – Selama 9 jam, Muhammad Efendy, Dayat dan Udin terombang-ambing di atas gelombang laut perairan Senakin, Kecamatan Kelumpang Utara, Kabupaten Kotabaru, Provinsi Kalimantan Selatan (Kalsel). Ketiganya bertahan duduk di atas styrofoam atau gabus bekas boks tempat pendingin ikan. Di empat sudut gabus itu, dipasang jeriken.

Senin, 29 Mei 2023, sekira pukul 10.00 Wita ketiganya riang melihat ada kapal lewat. Kapal itu milik rombongan majelis Raudhatul Jannah.

Mereka melambaikan tangan dan terlihat oleh awak kapal. Awak kapal pun mendekati titik mereka, sementara ketiga nelayan itu mendayung gabus mendekati lambung kapal.

“Ayo naik..naik..naik,” ucap salah seorang dari kapal.

“Mana kapal pian?” tanya salah seorang penumpang kapal.

“Karam tadi malam,” ungkap Udin, salah seorang nelayan.

Muhammad Efendi mengatakan, kapal mereka tenggelam, berawal pada Senin dinihari, sekira pukul 01.30 Wita, di sebelah Timur Laut Senakin, terjadi kerusakan pada mesin membuat mereka terapung-apung di lokasi. Maju tidak mau, mundur pun tak bisa.

Kapal mengalami kebocoran, sementara pompa pembuang air tidak berfungsi.

“Pakai pompa penghisap menggunakan aki tidak bisa, akinya mati. Perahu tenggelam di arah Timur Laut Pulau Tabuan,” katanya.

Setelah kapal tenggelam, Efendi sempat mengapung. Dia menunggu ada barang-barang di perahu yang muncul ke permukaan.

Akhirnya, ada tiga lembar gabus yang muncul di permukaan. Gabus itu lalu dirakit sebagai rakit, dipasangi jeriken di sekeliling.

Selama 9 jam terapung di air, Efendi dan dua temannya hanya makan biskuit dan air aqua gelas sebanyak enam buah.

Efendi mengatakan, perahu yang dia ditumpangi bertolak dari Kotabaru. Rencana mereka tidak melaut, tapi membantu teman yang mengalami kerusakan. (bs/asw)