HERALD.ID, BAJUR—Aksi bom bunuh diri dalam rapat umum politik di Pakistan pada hari Minggu, menewaskan sedikitnya 44 orang dan melukai hampir 200 orang.

Peristiwa itu terjadi di barat laut Pakistan yang berbatasan dengan Afghanistan. Serangan itu diduga dimaksudkan untuk melemahkan Islamis Pakistan.

Pendukung ulama Pakistan garis keras dan pemimpin partai politik Jamiat Ulama Islam, Maulana Fazlur Rehman, yang umumnya mendukung Islamis regional, melakukan pertemuan di Bajur di sebuah aula dekat pasar di luar ibukota distrik.

Pejabat partai mengatakan Rehman tidak hadir dalam rapat umum tersebut tetapi penyelenggara menambahkan tenda karena begitu banyak pendukung yang hadir.

Para pejabat mengumumkan kedatangan Abdul Rasheed, pemimpin partai Jamiat Ulama Islam, ketika bom meledak dalam salah satu serangan paling berdarah di Pakistan dalam beberapa tahun terakhir.

Polisi provinsi mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa serangan itu dilakukan oleh seorang pembom bunuh diri yang meledakkan rompi bahan peledaknya di dekat panggung tempat beberapa pemimpin senior partai itu duduk.

Penyelidikan awal menunjukkan kelompok Negara Islam – yang beroperasi di Afghanistan dan merupakan musuh Taliban Afghanistan – mungkin berada di balik serangan itu.

Pengeboman itu adalah salah satu dari empat serangan terburuk di barat laut sejak 2014, ketika 147 orang, sebagian besar anak sekolah, tewas dalam serangan Taliban di sebuah sekolah yang dikelola tentara di Peshawar.

Pada bulan Januari, 74 orang tewas dalam pemboman di sebuah masjid di Peshawar. Lalu, pada bulan Februari, lebih dari 100 orang, kebanyakan polisi, tewas dalam pengeboman di sebuah masjid di dalam kompleks perumahan markas polisi Peshawar dengan keamanan tinggi.

Dikutip dari The Globe and Mail Perdana Menteri Shehbaz Sharif dan Presiden Arif Alvi mengutuk serangan itu dan meminta pejabat untuk memberikan semua bantuan yang mungkin kepada keluarga yang terluka dan berduka.

Sharif kemudian, dalam panggilan telepon kepada Rehman, ketua JUI, menyampaikan belasungkawa kepadanya dan meyakinkannya bahwa mereka yang mendalangi penyerangan akan dihukum. (ilo)