HERALD.ID — Pemerintah China baru-baru ini menggemakan rencana memodifikasi kitab suci Al Quran ke dalam versi Tiongkok, dengan menggabungkan nilai-nilai Konghucu.
Para pejabat pemerintah dan akademisi yang tergabung dalam Institut Pusat Sosialisme China, bagian dari Kelompok Kerja Front Persatuan Partai Komunis, ingin membuat Al Quran dengan terjemahan baru menggunakan nilai Konfusianisme alias Konghucu.
Rencana ini disampaikan saat mereka berkumpul di Urumqi, ibu kota Xinjiang, akhir Juli lalu. Upaya yang sudah dibuat sejak 2018 ini memang ditargetkan ke Xinjiang, wilayah di barat daya China yang mayoritas dihuni Muslim terutama etnis Uighur.
Kenapa China ingin memodifikasi Al Quran?
Sejumlah pengamat menilai Partai Komunis ingin memperkuat pengaruh dan nilai-nilai Tiongkok atas Islam di Negeri Tirai Bambu. Mereka mengatakan China tak ingin fitur-fitur asing lebih dominan di negara tersebut.
Dosen Studi China di Universitas Manchester, David Stroup, mengatakan kepada Deutsche Welle (DW) bahwa pemerintah Beijing ingin memperketat kontrol atas kelompok-kelompok Islam dan mengambil langkah untuk menghapus fitur yang terlalu asing dari tempat-tempat umum.
“Ini bisa diartikan sebagai upaya berkelanjutan untuk menghapus tanda-tanda publik dalam bahasa Arab atau membuat perubahan pada masjid bergaya Arab,” kata Stroup.
“Pada saat yang sama, pemerintah dapat mencoba untuk menegaskan kontrol yang lebih langsung atas praktik-praktik iman, terutama khotbah mingguan para ulama,” lanjut dia.
Senada, Profesor sejarah di Frostburg State University, Haiyun Ma, mengatakan upaya sinifikasi ini cukup berbatasan dengan xenofobia. Sinifikasi adalah upaya mengubah non budaya China mengikuti kebudayaan China.
Ma percaya dengan menekankan gagasan untuk menghilangkan pengaruh asing, Partai Komunis ingin menciptakan versi Islam-China yang dipandu oleh ateisme.
Silahkan kirim ke email: [email protected].