HERALD.ID — Peneliti klimatologi Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Dr Erma Yulihastin mengungkap fenomena clear sky di Indonesia.
Clear sky merupakan kondisi cuaca panas terik tanpa awan. Cuaca panas dan kering dominan dialami sebagian besar wilayah Indonesia selama musim kemarau.
Hasil penelitian menunjukkan, El Nino dan IOD positif berperan memperpanjang durasi musim kemarau dan menunda musim hujan.
Meski demikian, di tengah krisis iklim, terjadi dualisme di wilayah Indonesia. Kekeringan dan hujan ekstrem pemicu banjir terjadi dalam waktu yang bersamaan.
“Hal ini dapat terjadi semakin sering (frequent and intensify) sebab udara basah di utara dan kering di selatan akan terus terjadi,” jelas Erma, Sabtu 23 September 2023.
Udara basah dan lembap yang terkonsentrasi di bagian utara Kalimantan beberapa hari terakhir telah memicu banjir yang meluas.
Terkait clear sky, Erma Yulihastin mengungkap setidaknya ada tiga konsekuensinya.
Pertama, radiasi matahari yang sampai ke bumi mengalami durasi yang lebih lama dengan intensitas yang lebih tinggi. Maksimum intensitas bervariasi dari pukul 11.00-15.00 WIB.
“Karena itu, jangan lupa selalu gunakan tabir surya pelindung kulit dari UV A dan B,” saran Erma.
Kedua, clear sky dengan angin yang tenang dapat menebalkan lapisan inversi yang umumnya terbentuk pada malam hingga dini hari sehingga partikel polutan terjebak semakin lama di lapisan permukaan batas atmosfer.
Silahkan kirim ke email: [email protected].