HERALD.ID — Mesin parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM) tak bulat ke Prabowo-Gibran. Salah satunya ditunjukkan Partai Demokrat.
Demokrat sempat sangat bersemangat bergabung bersama Prabowo. Namun, setelah putusan MK yang mengubah syarat usia capres, Demokrat ikut loyo. Terpecah.
Namun, ibarat pepatah, nasi sudah jadi bubur. Kader Partai Demokrat kini harus berdamai dengan situasi. Tak mungkin balik kucing ke Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar.
“Mekanisme demokrasi tidak selamanya menghasilkan pemimpin yang sesuai dengan keinginan kita. Bahkan sangat mungkin terjadi, pemimpin yang dipilih melalui mekanisme demokrasi adalah orang yang sangat kita benci atau orang yang sangat membenci kita,” cuit Wakil Ketua Umum Partai Demokrat, Benny K Harman, Minggu malam 22 Oktober 2023.
“Aturan hukum di negara demokrasi lah yang memaksa kita untuk menghormati pemimpin produk dari demokrasi walaupun kita sendiri membencinya atau kita tidak menyukainya. Jangan karena kita tidak suka, lalu kita menjelek-jelekkan dia, menghinanya, dan menebar kata benci untuknya. Anda setuju dengan pandangan ini?” lanjut anggota Komisi III DPR RI itu.
Netizens merespon cuitan Benny dengan mengirimkan video kekesalan salah seorang kader Demokrat. Seorang pria bertato yang mengenakan kaos polo berlambang Partai Demokrat.
Sambil merokok, pria itu menyesalkan sikap elite Demokrat yang hengkang dari Koalisi Perubahan ke KIM. Sebab, sama saja bergabung dengan rezim Jokowi yang selama delapan tahun dua bulan ini dianggap mengucilkan Partai Demokrat.
Partai Demokrat nyaris diambil alih Moeldoko yang menjabat kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP). Tidak terlihat upaya Jokowi untuk mencegah Moeldoko untuk melakukan tindakan ilegal tersebut.
“Jujur aja, kami kecewa berat. Bukan hanya kecewa, sakit hati!” kata pria itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
“Bayangkan 8 tahun 2 bulan itu jadi oposisi, didiskriminasi, ditindaki, diobok-obok, dikacau-kacauin ini Demokrat dengan status sebagai oposisi, hari ini jadi cebong,” lanjutnya sambil angkat bahu mengutip unggahan pemilik akun RezimHybrid.
Postingan video itu diberi judul, “APA KATA DUNIA OPOSISI YANG MENJADI OPOSISO Rasa Kecewa Berat.. Bahkan Sakit Hati Aksa Halatu Kader. Tiba-tiba Kita Jadi Cebong… “
“Ketum, ingat ketum, bagaimana sakitnya kita bertahan. Berusaha untuk bangkit selama 8 tahun ini. Politik ya politik. Dinamis fleksibel itu ya oke. Nggak ada masalah. Tetapi persoalan sakit hati yang telah mendera. Bagaimana kader Demokrat telah menjadi loyalis Pak SBY dan Ketum, tolong hargailah,” tambahnya.
Belakangan diketahui, pria itu Aksa Halatu. Ketua ormas Penjaga Marwah Rudi (PMR) di Batam.
Berdasarkan penelusuran Herald.id, Aksa pernah dipecat dari kader Partai Demokrat Kota Batam pada 2018.
“Ya benar kami pecat. Saudara Aksa dengan nomor anggota 2171000170 dipecat karena melanggar Anggaran Dasar dan Rumat Tangga (AD/ART) Partai Demokrat, serta fakta integritas Partai Demokrat,” ujar Ketua DPC Partai Demokrat Kota Batam, Hotman Hutapea pada Selasa 17 April 2018.
Saat itu, Aksa Halatu ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus penyelenggaraan pesta rakyat yang menyajikan tarian erotis.
Sebelumnya diberitakan, Prabowo Subianto resmi mengumumkan Gibran Rakabuming Raka sebagai pendampingnya. Namun, yang menarik ekspresi Yusril Ihza Mahendra dalam deklarasi itu.
Prabowo yang juga ketua umum Partai Gerindra mengumumkan nama Gibran, Minggu malam, 22 Oktober 2023. Didahului pertemuan para ketua parpol anggota Koalisi Indonesia Maju (KIM).
Tampak hadir antara lain Ketua Umum Partai Golkar, Airlangga Hartarto; Ketua Umum PAN, Zulkifli Hasan; Ketua Umum Partai Gelora, Anis Matta; Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono; dan Ketua Umum Partai Bulan Bintang, Yusril Ihza Mahendra.
Prabowo mengatakan, penunjukan Gibran sebagai cawapres sudah harga mati. Sebab, sudah menjadi kesepakatan anggota Koalisi Indonesia Maju.
Dia juga menyampaikan akan mendaftar ke KPU RI pada hari terakhir pendaftaran, Rabu 25 Oktober 2023.
Menariknya, ekspresi para ketua umum parpol tidak terlalu ceria saat Prabowo mengumumkan Gibran. Salah satunya terlihat pada Yusril Ihza Mahendra.
Pakar hukum tata negara itu hadir dengan mengenakan kemeja putih lengan panjang. Ujung lengan bajunya digulung.
Yusril juga membawa tas kecil yang talinya disandangkan menyilang. Saat yang lain bertepuk tangan, Yusril tampak ikut bertepuk seadanya.
Begitu pula pada sesi terakhir foto bersama. Para ketua umum saling bergandengan tangan. Yusril tak terlalu bersemangat. Tidak berusaha menggandeng rekan di sebelahnya.
Tampak orang di sebelah kanan Yusril yang proaktif menggandeng lengannya.
Sebelumnya, Yusril blak-blakan mengatakan, putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang meloloskan Gibran, bermasalah. Sebab, bukan ranah MK mengutak atik syarat usia capres-cawapres.
Masalah lainnya, tidak cukup waktu lagi mengubah UU Pemilu menyesuaikan putusan MK. Padahal, Peraturan KPU harus diubah untuk mengakomodasi pencalonan Gibran.
PKPU baru bisa diubah jika undang-undangnya berubah terlebih dahulu. Tidak bisa PKPU diubah hanya berdasarkan putusan MK walau bersifat final dan mengikat.
Namun, KPU RI ngotot untuk mengakomodasi putusan MK tersebut. KPU hanya bermodal surat ke seluruh ketua umum parpol untuk mempedomani putusan MK dalam pencalonan. (*)