HERALD.ID — Kerusuhan dalam laga derby Gresik United vs Deltras Sidoarjo ikut berimbas ke Liga 1. Pertandingan kembali digelar tanpa penonton.

Seperti laga antara Dewa United vs Persib pada Minggu 26 November 2023. Pertandingan ini dipastikan tanpa kehadiran penonton di stadion.

“Berdasarkan hasil koordinasi dengan pihak keamanan serta berkaca pada kejadian kerusuhan yang belakangan ini terjadi, maka laga melawan Persib Bandung hari Minggu (26/11/2023) mendatang akan digelar tanpa penonton,” tulis pernyataan resmi Dewa United.

“Selain itu, kompetisi BRI Liga 1 2023-2024 juga masih menerapkan regulasi terkait larangan kehadiran suporter tim tamu di stadion. Semoga situasi ini tidak akan mempengaruhi hubungan baik Dewa United FC dengan rekan-rekan Bobotoh,” lanjutnya.

Sebelumnya, semangat sportivitas suporter Jawa Timur kembali diuji. Itu setelah terjadi insiden pelemparan batu oleh oknum suporter kepada polisi dan dibalas dengan penembakan gas air mata ke arah suporter setelah pertandingan antara Gresik United dan Deltras Sidoarjo di Stadion Gelora Joko Samudra Gresik, Minggu 19 November 2023.

Insiden yang mengakibatkan korban berjatuhan di kedua bela pihak itu langsung menjadi tranding topic insan sepak bola Tanah Air. Apalagi dampaknya terus meluas, bahkan wacana saling menyalahkan dan menghakimi mendominasi ruang komentar di media sosial. Khususnya publik sepak bola Jawa timur dituding seperti tidak belajar dari pengalaman pahit peristiwa Kanjuruhan 1 Oktober 2022.

Di tengah kontroversi itu, suporter yang tergabung dalam Presidium Nasional Suporter Sepak Bola Indonesia (PN-SSI) Jawa Timur mengambil langkah cepat dengan melakukan penggalangan dana bagi korban dalam bentuk donasi terbuka yang dalam waktu semalam berhasil terkumpul Rp73 juta.

Dana itu akan disalurkan kepada korban, baik dari pihak suporter maupun polisi yang menjadi korban.

PN-SSI Jawa Timur kemudian mengajak Ultras Gresik untuk bersilaturahmi dengan Kapolres Gresik Adhitya Panji Anom. Silaturahmi itu untuk membahas langkah-langkah strategis setelah insiden sekaligus menegaskan bahwa suporter sepakbola bukan musuhnya polisi, begitu juga sebaliknya.

“Kami juga menyampaikan permintaan maaf kepada pihak kepolisian atas insiden yang sebenarnya di luar kendali kami. Karena selama ini, yang kami tahu, kultur sepakbola Gresik tidak seperti itu (merusak dan menyerang polisi),” kata Ketua PN SSI Jawa Timur, Mimit Tirmidzi.

Mimit juga berharap, suporter sepak bola Jawa Timur harus bisa menahan diri agar tidak mudah disusupi pihak ketiga. Karena dampak dari kerusuhan suporter bisa berakibat fatal bagi sepakbola Tanah Air.

Salah satu sesepuh Ultras Gresik, Tharom Muharom juga menyampaikan hal yang sama. “Kami sangat menyesal dan menyampaikan permintaan maaf sebesar-besarnya kepada pihak kepolisian. Kami akan terus melakukan edukasi kepada teman teman kami yang di bawah agar bisa lebih baik lagi,” ujar mantan ketua umum Ultras Gresik itu.

Kapolres Gresik, Adhitya Panji Anom juga menyampaikan ucapan terima kasih atas respons cepat yang dilakukan oleh suporter Jawa Timur yang telah bersilaturahmi ke kediamannya.

“Karena tugas polisi hanya mengamankan bukan sebagai musuh suporter. Toh, bila polisi dan suporter bekerja sama, pasti ada banyak hal positif yang dihasilkan. Dan, itu sudah terbukti banyak hal positif dari kolaborasi polisi dan suporter,” ujar Adhitya.

Nah, salah satu langkah kongrit lain, PN-SSI Jatim bersama Kapolres Gresik membesuk beberapa korban gas air mata di Gresik, serta membesuk para anggota kepolisian yang sedang dirawat di Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim, Surabaya. (*)