HERALD.ID, JAKARTA – Trust Indonesia menilai langkah Joko Widodo (Jokowi) bertemu dengan Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh menunjukkan, Jokowi mengambil posisi sebagai konsolidator atau pihak yang aktif membangun konsolidasi politik.
Namun demikian, bagi Trust Indonesia, langkah ini menguntungkan sekaligus berpotensi merugikan citra pasangan Prabowo-Gibran yang sementara ini memimpin perhitungan suara di real count (penghitungan langsung) KPU.
“Tentu saja, inisiatif Presiden Jokowi ini rasional sekali. Setelah pemilu usai, maka wajib hukumnya membangun komunikasi politik dengan semua pihak. Tapi seharusnya itu juga dilakukan pasangan Prabowo-Gibran. Dengan demikian, publik pun akhirnya tidak menilai pasangan Prabowo-Gibran berada di bawah bayang-bayang Joko Widodo,” ujar Direktur Eksekutif Trust Indonesia, Azhari Ardinal dalam keterangan tertulis, Senin, 19 Februari 2024 sore.
Trust Indonesia pun menyarankan pasangan Prabowo-Gibran lebih aktif membangun silaturahmi dan komunikasi politik dengan banyak pihak ketimbang figur Jokowi itu sendiri. Pasalnya, tantangan yang dihadapi pemerintahan keduanya di masa-masa mendatang tentu akan berbeda dengan yang dihadapi Presiden Jokowi.
“Ya, Prabowo-Gibran harus lebih aktif dalam mengambil inisiatif. Tidak boleh kalah dengan Jokowi. Ke depan, yang akan langsung memimpin pemerintahan dan menghadapi tantangannya adalah Prabowo-Gibran sendiri. Bukan Joko Widodo,” sambungnya.
Menurut Trust Indonesia, pertemuan itu juga menandakan bahwa Nasdem kemungkinan besar akan bergabung dalam koalisi pemerintahan Prabowo-Gibran. Selain karena kedekatan hubungan Surya Paloh dengan Jokowi, Prabowo juga merupakan sahabat lama Ketua Umum Partai Nasdem tersebut.
“Tidak sulit bagi Nasdem untuk merapat dan bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran. Apalagi jika mengingat hubungan personal Paloh dengan Prabowo yang memang merupakan sahabat lama. Jangan lupa, karakter Partai Politik dimanapun adalah ingin menjadi bagian dari kekuasaan,” jelas Azhari.
Azhari pun memprediksi sejumlah partai politik juga akan kembali bergabung dengan koalisi Prabowo-Gibran. Salah dua diantaranya, ungkap dia, adalah PKB dan PKS yang keduanya punya rekam jejak yang dekat dengan Jokowi dan Prabowo secara personal.
“Setelah Nasdem, tentu PKB yang kita ketahui menjadi bagian dari pendukung inti koalisi pemerintahan Joko Widodo. Selanjutnya, yang paling potensial tentu PKS yang sudah lama berkoalisi dengan Gerindra dan Prabowo. Jangan lupa, Prabowo juga punya komitmen untuk merangkul kontestan politiknya,” tutur dia. (mak/asw)