HERALD.ID — Setiap tanggal 2 Mei, bangsa Indonesia memperingati Hari Pendidikan Nasional (Hardiknas). Di balik momen spesial ini, terukir kisah inspiratif dari seorang pahlawan pendidikan, Ki Hadjar Dewantara.

Sosoknya yang kritis dan gigih memperjuangkan kemerdekaan Indonesia, khususnya di bidang pendidikan, patut dikenang dan diteladani.

Lahirnya Sang Pejuang Pendidikan

Ki Hadjar Dewantara, yang terlahir dengan nama Raden Mas Soewardi Soerjaningrat, merupakan putra bangsawan Yogyakarta. Sejak muda, ia telah menunjukkan jiwa kritisnya terhadap kebijakan kolonial Belanda yang elitis, termasuk dalam hal pendidikan.

Pada tahun 1908, bersama dengan Dr. Tjipto Mangoenkoesoemo dan Ernest Douwes Dekker, Ki Hadjar Dewantara mendirikan surat kabar “De Express” yang kritis terhadap pemerintah Hindia Belanda.

Namun, perjuangan mereka harus dibayar mahal. Ketiganya dibuang ke Belanda karena tulisannya yang dianggap berbahaya.

Kembali ke Tanah Air dengan Semangat Baru

Di pengasingan, Ki Hadjar Dewantara banyak mempelajari berbagai sistem pendidikan di Eropa. Pengetahuannya ini semakin memperkuat tekadnya untuk memperjuangkan pendidikan bagi seluruh rakyat Indonesia.

Sekembalinya ke tanah air pada tahun 1913, Ki Hadjar Dewantara terus mengabdikan diri untuk pendidikan.

Ia mendirikan Perguruan Nasional Tamansiswa pada tahun 1922, sebuah sekolah yang berlandaskan asas kemerdekaan, kemandirian, dan kebudayaan.

Filosofi Pendidikan yang Mendalam

Ki Hadjar Dewantara mencetuskan filosofi pendidikan yang dikenal dengan “Trilogi Pendidikan”, yaitu:

  1. Kemerdekaan: Pendidikan harus membebaskan manusia dari berbagai belenggu, baik fisik maupun mental.
  2. Kemandirian: Pendidikan harus mengantarkan manusia pada kemandirian dalam berpikir dan bertindak.
  3. Kebudayaan: Pendidikan harus berlandaskan nilai-nilai budaya bangsa.

Filosofi ini menjadi landasan bagi sistem pendidikan di Tamansiswa dan terus menginspirasi pendidikan di Indonesia hingga saat ini.

Penetapan Hari Pendidikan Nasional

Dedikasi dan perjuangan Ki Hadjar Dewantara untuk pendidikan Indonesia tidak ternilai harganya. Atas jasanya yang luar biasa, ia dijuluki sebagai Bapak Pendidikan Nasional” dan tanggal lahirnya, 2 Mei, ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional melalui Keppres No. 316 Tahun 1959.

Warisan Abadi Ki Hadjar Dewantara

Semangat juang Ki Hadjar Dewantara dalam memperjuangkan pendidikan patut menjadi inspirasi bagi generasi penerus bangsa. Di tengah gempuran modernisasi dan globalisasi, filosofi pendidikannya tetap relevan dan perlu terus dilestarikan.

Marilah kita jadikan Hari Pendidikan Nasional ini sebagai momentum untuk merenungkan kembali arti penting pendidikan dan melanjutkan cita-cita Ki Hadjar Dewantara dalam mencerdaskan bangsa dan membangun Indonesia yang lebih maju. (*)