HERALD.ID – Tempat Pemakaman Umum (TPU) Islam Parung Bingung, Pancoran Mas, Depok, Jawa Barat, Minggu siang, 12 Mei 2024, dipenuhi pelayat. Dua siswa SMK Lingga Kencana Depok, Dimas Aditya dan Mahesya Putra, dimakamkan. Liang lahatnya bersebelahan.

Keduanya adalah dua sahabat. Dipertemukan nasib yang sama, berasal dari ekonomi menengah ke bawah. Yatim. Keduanya menikmati bangku sekolah setelah biaya sekolah keduanya mendapatkan keringanan dari yayasan Lingga Kencana.

Demi untuk ikut acara perpisahan, keduanya rela bekerja sebagai kuli pasir. Pasalnya, setiap murid harus membayar Rp800 ribu.

Masih terbayang di pelupuk mata Marsanih, ibu Dimas, saat anaknya itu bersiap-siap meninggalkan rumah suatu pagi.

“Mau ke mana?” tanya Marsanih.

“Mau kerja, cari rezeki,” ujar Dimas.

Dimas lalu menceritakan ke ibunya, bahwa dirinya bekerja sebagai kuli pasir, demi untuk membayar uang perpisahan dan juga membeli baju putih. Sebagian lagi untuk uang saku di perjalanan.

“Sebelum jalan bajunya dicuci dan dikasih pewangi. Sayangnya bajunya belum sempat dipakai,” ujar Marsanih kepada wartawan seusai pemakaman.

“Bapaknya Dimas sudah meninggal. Dia dapat keringanan biaya sama yayasan (SMK Lingga Kencana),” tambah Marsanih.