HERALD.ID – Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) menyebut empat mahasiswi yang menjadi korban pelecehan seksual oleh oknum dosen Unhas, sekaligus menjabat sebagai Ketua Departemen di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (Fisipol) Unhas tidak membutuhkan pendampingan.

Ketua Satgas PPKS Unhas Prof Farida Patittingi mengatakan para korban hanya meminta untuk merahasiakan identitas mereka agar tidak disebar.

“Karena kami sudah memanggil mereka dan kami sudah menawarkan ke mereka (korban) sementara mereka belum membutuhkan itu (pendampingan), mereka masih bisa mengatasi dan sejauh ini karena terikat kode etik Satgas PPKS tidak akan memberikan identitas para pelaku dan korban,” ujarnya saat jumpa pers, Jumat, 28 Juni 2024.

Para pelaku mengaku, kekerasan pelecehan seksual yang dilakukan oleh oknum tersebut berbentuk sentuhan pada bagian tubuh. Ada yang dipegang di bagian tangan, leher hingga bahu.

“Ada yang dipegang tangannya, kalau mahasiswa sudah mau pulang ada yang dicupika-cipiki, ada yang dirangkul/ditepuk pundaknya, ada juga yang mengku dipegang lehernya karena berkeringat diusap keringatnya,” jelas Prof Farida.

Kata Prof Farida, tidak hanya korban, Satgas PPKS juga menginterogasi oknum dosen terduga pelak. Berdasarkan keterangan para korban tersebut ada yang diakui oleh pelaku dan ada juga yang tidak diakui pelaku.

“Yang dipegang lehernya ini tidak diakui oleh terlapor, tapi yang dipegang tangan pada saat bimbingan atau saat minta tanda tangan itu diakui pelaku, yang dipegang itu karena pelaku menganggap sebagai anak. Bahkan ada satu orang dari empat korban dia akui dekat karena satu kampung,” ungkapnya.

Meski begitu, kata Prof Farida, jenis kekerasan seksual yang dilakukan oknum dosen tersebut termasuk pelecehan karena meliputi sentuhan fisik. “Ini kan menyentuh dan memegang itu tidak boleh tanpa persetujuan korban,” tutur Prof Farida.

Bahkan, ada korban yang mengalami trauma atas perilaku yang dilakukan oknum dosen tersebut.

“Anak-anak kita ini ada juga yang trauma, akhirnya tidak mau bimbingan lagi dari bulan Oktober 2023 sampai saat ini itu tidak mau lagi bimbingan karena takut,” tutur Prof Farida.