HERALD.ID – Wakil Presiden Republik Indonesia Ke-10 dan 12 Jusuf Kalla atau JK menegaskan, partai politik yang menjadi oposisi adalah kecelakaan. Seluruh parta politik yang didirikan justru untuk mendapatkan kekuasaan.
“Kekuasaan itu hanya ada di pemerintahan. Menurut saya, oposisi itu kecelakaan, sehingga tidak ada partai yang didirikan mau jadi oposisi,” kata JK yang menjadi pembicara di Forum Intelektual “Mengokohkan Kembali Perjuangan (Partai UMNO)” di Hotel Seri Pacific, Senin 29 Juli 2024.
Olehnya itu, dalam forum yang diselenggarakan oleh Akademi Kepemimpinan Malaysia ini, JK tak menampik, fenomena partai menjadi pragmatis lalu bergabung dengan pemerintah setelah pemilihan umum (pemilu). Kondisi tersebut pernah dirasakan JK saat terpilih menjadi wakil presiden padahal tidak maju dari perwakilan partainya.
“Saya pernah menjadi Wapres dan tidak didukung partai Golkar namun di tengah perjalanan gabung ke pemerintahan,” ungkap JK.
Bagi JK, fenomena tersebut biasa dalam dunia politik. Apalagi selama ini Golkar memiliki culture sebagai partai di pemerintahan dan tidak terbiasa menjadi oposisi. Kondisi tersebut terbangun lebih dari 30 tahun saat Soeharto menjadi penguasa.
“Culture Golkar begitu. 30-an tahun berada di pemerintahan sehingga mungkin awalnya pembangkang/opsosisi, tapi di pertengahan bisa saja bergabung dengan pemrintah,” kata mantan Ketua Umum Golkar tersebut.
Kalau pun sebuah partai menjadi oposisi, lanjut JK, maka harus menjadi oposisi yang baik. Ia mencontohkan PDI Perjuangan pimpinan Megawati Soekarno Putri yang menjadi pemenang Pemilu sejak tahun 2014. “Saat jadi oposisi, PDIP sangat tegas dan punya program yang kongkret dan mampu menyentuh pemilih kalangan bawah dan sangat populis,” tambah JK lagi.
Pada kesempatan sama, JK juga berbagi informasi agar partai tetap bisa menjadi partai pemenang. Menurutnya, sebuah partai jika berada di pemerintahan atau kubu pemenang, maka jalan untuk dipilih oleh rakyat akan terbuka lebar. Dengan catatan, pemerintahan tersebut ekonominya kuat dan berkembang serta kehidupan sosialnya berjalan baik.
“Pada saat Soeharto berkuasa, Golkar kuat karena pemerintahan bagus dan kuat. Sama saat Mahatir berkuasa di Malaysia, itu UMNO maju dan kuat karena pemerintahannya ditopang dengan ekonomi yang bak,” beber JK lagi.
“Situasinya sama dengan Golkar hari ini, dapat 12 persen di pemilu 2019 dan bertambah menjadi 16 persen di pemilu 2024 karena saat Golkar di pemerintahan, termasuk berhasil meningkatkan ekonomi yang baik,” imbuhnya.
Selain itu, kata JK, untuk menjadi partai pemenang, maka image partai harus terjaga dengan baik. Salah satunya adalah para petinggi partai tidak pernah bermasalah dengan hukum. “Contohnya saat ketua golkar Setyo Novanto masuk penjara, image orang jadi jelek dan popularitas partai turun,” papar pria kelahiran Bone, Sulawesi selatan ini.
Lebih jauh, JK memaparkan bahwa demokrasi dulu dan sekarang sangat berbeda. Jika dulu, demokasinya adalah memilih orang baik. Namun saat ini dengan demokrasi yang lebih terbuka, masyarakat lebih memilih orang yang populer. “Di Indonesia saat ini banyak artis-artis yang terpilih karena dia popular, walapun mungkin tidak mengerti politik,” katanya lagi.
Olehnya itu, JK memberikan kunci utama agar sebuah partai bisa tetap menjadi pemenang dan dipilih kembali oleh masyarakat. Ia menyebut, jika partai tersebut berada di pemerintahan, maka harus menjalankan pemerintahan dengan baik. Selanjutnya partai tidak boleh elitis.
“Partai turun karena elitis, padahal suara paling banyak dari kalangan bawah. Kemudian, bagi partai pemerintah apabila ingin berkembang maka pemerintah harus baik. Jika baik maka pada pemilu yang akan datang pasi akan kembali dipilih,” pungkasnya. (*)