HERALD.ID, LONDON– Kerusuhan antiimigran dan anti-Muslim yang dipicu hoaks soal pelaku penusukan tiga anak di Southport beberapa waktu lalu makin meluas di Inggris.

Pada Minggu, massa perusuh bertopeng sayap kanan mencoba membakar sebuah hotel yang menampung para pencari suaka di Inggris.

The Guardian melansir, sekitar 700 orang berkumpul di luar Holiday Inn Express di Rotherham, sebelum bentrok dengan polisi.

Para perusuh melemparkan potongan kayu, botol dan kursi, serta menyemprotkan alat pemadam kebakaran ke arah petugas polisi. Polisi South Yorkshire mengatakan sedikitnya 10 petugas terluka, termasuk satu orang yang tidak sadarkan diri karena cedera kepala.

Rekaman dari tempat kejadian menunjukkan sebuah tong sampah terbakar dan para pengunjuk rasa, beberapa di antaranya mengenakan bendera St George dan bendera serikat pekerja, meneriakkan: “Keluarkan mereka!”

Para demonstran muncul untuk menyerbu ke dalam hotel, dengan laporan adanya kebakaran di dalam, dan jendela-jendela dipecahkan.

“Serangan kriminal dan kekerasan terhadap sebuah hotel yang menampung pencari suaka di Rotherham benar-benar mengerikan,” kata Menteri Dalam Negeri, Yvette Cooper.

Perdana Menteri Inggris Keir Starmer mengatakan tidak ada pembenaran atas kekerasan yang dilakukan sayap kanan, yang telah menyebabkan serangan terhadap masjid dan penyerangan terhadap Muslim dan etnis minoritas.

“Orang-orang di negara ini mempunyai hak untuk merasa aman, namun kami telah melihat komunitas Muslim menjadi sasaran dan serangan terhadap masjid,” kata Starmer.

Kerusuhan tersebut terjadi menyusul penikaman di sebuah kelas dansa pekan lalu di bagian utara Inggris yang menyebabkan tiga gadis kecil meninggal dan beberapa lainnya luka-luka.

Pasca kejadian itu, rumor palsu menyebar secara online bahwa pemuda yang melakukan penikaman di Southport adalah seorang Muslim dan seorang imigran, sehingga memicu kemarahan di kalangan sayap kanan di negara tersebut.

Kepolisian melansir kemudian bahwa pelaku adalah seorang remaja berusia 17 tahun yang lahir di Inggris dan merupakan keturunan Rwanda.

Setelah di Southport, kerusuhan menyebar ke kota lain seperti Sunderland. Masjid-masjid pun di jaga ketat, termasuk masjid di Liverpool menyusul adanya kabar bahwa sayap kanan akan melakukan aksinya di sana. (ilo)