HERALD.ID — Dalam seminar “Ethos 4 Jusuf” yang diadakan di Ballroom Hotel Unhas pada Senin, 2 September 2024, Wakil Presiden ke-10 dan 12 RI, HM Jusuf Kalla, berbagi kenangan tentang sosok Jenderal Jusuf dengan penuh kehangatan dan nostalgia.
Acara ini dimulai dengan JK, sapaan akrab Jusuf Kalla, mengenang Syekh Yusuf, seorang pahlawan nasional yang diakui baik di Indonesia maupun di Afrika Selatan.
Syekh Yusuf diangkat sebagai pahlawan nasional oleh Indonesia pada tahun 1995 dan oleh Afrika Selatan pada tahun 2005.
“Saya hadir di sana, bahkan memimpin delegasi Indonesia ke Afrika Selatan,” kenang JK.
Setelah berbicara tentang Syekh Yusuf, JK beralih mengenang Jenderal Jusuf, seorang tokoh yang sangat dekat dengannya.
Jenderal Jusuf, menurut JK, adalah seseorang yang selalu merasa bangga mengenakan wing penerjun di dada kirinya dan nama di sisi kanannya.
“Dia selalu berkata, ‘Saya ini penerjun pertama,'” jelas JK.
JK juga mengungkapkan keberanian Jenderal Jusuf yang melepaskan gelar bangsawan “Andi” pada tahun 1957, sebuah langkah yang jarang terjadi pada masa itu.
“Dia mengumumkan di hadapan umum, ‘Jangan lagi panggil saya Andi,'” cerita JK, menirukan ketegasan Jenderal Jusuf.
Dalam penuturan JK, ketika Jenderal Jusuf kembali dari studinya di Amerika Serikat, dia diberi tugas untuk menumpas pemberontakan DI/TII di Sulawesi.
Pemimpin DI/TII saat itu adalah Abdul Kahar Muzakkar, mantan komandannya sendiri. Meskipun bertemu langsung dengan Kahar, Jenderal Jusuf menolak untuk menangkapnya, dengan alasan tidak ingin dianggap sebagai pengkhianat.
“Dia mengatakan, ‘Saya tidak mau dianggap kompeni. Pengkhianat namanya itu,'” jelas JK.
JK juga mengenang keberanian dan ketegasan Jenderal Jusuf selama bertugas di Kodam Hasanuddin. Di tengah dominasi personel dari Divisi Siliwangi, hanya ada dua orang Bugis yang bertahan, yaitu Jenderal Jusuf dan Jenderal Bahtiar.
“Kita orang Bugis, jangan merasa kalah,” ujar JK.
Mengakhiri ceritanya, JK mengingatkan tentang kepemimpinan yang luar biasa dari Jenderal Jusuf, yang dikenal berani, cerdas, tegas, dan jujur.
“Itu adalah contoh kepemimpinan dari Jenderal Jusuf,” tutup JK.
Tidak hanya sebagai tokoh yang dihormati, JK juga mengenang dirinya sering berperan seperti ajudan bagi Jenderal Jusuf.
Dengan nada bercanda, ia menceritakan saat Jenderal Jusuf memintanya membawa bunga ke Makassar, meskipun saat itu JK sudah menjabat sebagai Menteri Koordinator Kesejahteraan Rakyat (Menko Kesra).
“Saya bilang baik, Pak. Tapi saya ini Menko,” cerita JK disambut tawa dari para hadirin. Jenderal Jusuf hanya menjawab, “Ah, tidak ada menko-menko,” kenang JK, mengundang tawa hadirin di ruangan tersebut. (*)