Oleh: Jajat Munadjat

HERALD.ID – Awal September 2024 yang lalu kita dikejutkan dengan sebuah berita duka melalui berbagai media yang ada, salah seorang ekonom Indonesia Bapak Faisal H Basri, SE., MA. telah wafat, tepatnya pada Kamis pagi, 5 September 2024 di Rumah Sakit Mayapada Hospital Kuningan Jakarta.

Beliau dikenal sebagai ekonom yang banyak memberikan kontribusi terhadap kebijakan pemerintah dan berbagai analisisnya terhadap perkembangan perekonomian nasional, baik ketika beliau berada dalam pemerintahan sebagai tim ekonomi (tahun 1985-1987 sebagai asisten Menko Ekuin dan tahun 2000 dipercaya sebagai tim asistensi Ekuin Presiden RI) yang melahirkan berbagai kebijakan pemerintah di bidang ekonomi tentunya, maupun ketika beliau menjadi pengamat yang berada diluar struktur pemerintahan yang dikenal sangat kritis dan lantang, namun konstruktif, faktual dan applicable, sehingga rumusan pemikirannya dapat menjadi pertimbangan sebagai bahan masukan untuk kebijakan berikutnya. Hal ini dibenarkan oleh yuniornya Bu’ Ani (Sri Mulyani Indrawati Menteri Keuangan).

Kemudian pada era pemerintahan Jokowi, iapun pernah menjadi ketua tim reformasi tata kelola minyak dan gas bumi, tim yang mendapat label anti mafia migas yang bekerja selama 6 bulan penuh, hasilnya menemukan indikasi penyimpangan, dan rekomendasinya antara lain: pengelolaan tender penjualan dan pengadaan impor minyak mentah dan BBM dialihkan dari PES (Pertamina Energy Service PTE. Ltd) ke ISC (Integrated Supply Chain) Pertamina, perombakan manajemen PETRAL (Pertamina Energy Trading Limited) dan ISC, melakukan audit forensik di Petral.

Almarhum Faisal H Basri Batubara, lahir di Bandung 6 November 1959 dari ayah Hasan Basri Batubara dan Ibu Saidah Nasution (masih kerabat dengan Bapak Adam Malik), ia menyelesaikan S1 di UI dan S2 di Vanderblit University, Nashville, Tennessee, AS, selanjutnya mengabdi sebagai dosen tetap pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI) dan peneliti pada Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi UI (LPEM FEUI), beliaupun termasuk salahseorang pendiri Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) dan tercatat sebagai Sekjen Partai Amanat Nasional (PAN) periode 1998-2000 diawal Reformasi, sempat pula nyalon di Pilkada DKI tahun 2012 dan tahun 2017 melalui jalur independen.

Penulis mengenal almarhum sejak tahun 1994/1995 sewaktu kami mengikuti Diklat Perencanaan Pembangunan Daerah (PPD) atau semacam kursus jangka panjang yang diselenggarakan oleh LPEM-FEUI di Kampus UI Salemba Jakarta, beliau sebagai salahseorang pengajar atau dosen dalam Diklat tersebut sekaligus menjabat sebagai Direktur LPEM FEUI, sementara kepala Diklatnya masa itu adalah Ibu Sri Mulyani Indrawati (Menkeu saat ini) dan Ibu Hera Susanti selaku koordinator pelaksana Kursus Jangka Panjang PPD yang kesemuanya membawakan materi pengajaran dalam Diklat tersebut selama 6 bulan.

Sungguh surprise bagi kami dari daerah (pejabat dan staf Bappeda seluruh Indonesia) dapat terpilih untuk mengikuti Diklat yang berkualitas semacam itu, betapa tidak kita dapat bertatap muka langsung di kelas dan berinteraksi dengan sejumlah pakar, pengajar, praktisi baik yang sudah sepuh dan senior seperti Emil Salim, Dorodjatun Kuntjoro Jakti, Marsoedi, Arsyad Anwar, Selo Sumardjan, dll maupun generasi di bawahnya antara lain: Faisal Basri, Sri Mulyani Indrawati, Hera Susanti, dll serta beberapa pejabat eselon I dari Bappenas dan dari Departemen lingkup Menko Ekuin yang umumnya berlatar belakang dari kampus UI.

Peserta Diklat adalah alumni yang berprestasi pada Diklat Teknik Manajemen Perencanaan (TMPP) dari centra penyelenggara Diklat perencanaan tingkat dasar yang ditetapkan oleh Bappenas, yaitu: Unsyiahkuala Medan, UI Jakarta, UGM Yogyakarta, dan Unhas Makassar, selain tingkat lanjutannya bukan hanya di UI saja namun ada juga beberapa kampus di luar negeri (namun kursusnya lebih singkat sekira 1-3 bulan) seperti di Amerika dan Australia.

Kenangan dengan beliau selama di kampus tidak hanya berinteraksi dalam kelas, juga kadang diskusi saat lunch di kantin khusus bagi para peserta dan pengajar, bahkan beberapakali berbincang pula dengan beliau usai jumatan di Masjid Arif Rahman Hakim yang ada dalam kampus sembari berjalan bersama kembali menuju gedung LPEM dan gedung Diklat.

Topik yang dominan dibahas oleh beliau seputar tentang kondisi perekonomian saat itu, hal kebijakan fiskal dan moneter berikut prediksinya kedepan, gregetnya akan konglomerasi yang semakin transparan alias korupsi kolusi dan nepotisme yang massif, menyinggung pulalah sikon politik yang berdampak pada ekonomi nasional.

Ternyata jelang 2 sampai dengan 3 tahun sejak itu terjadilah krisis ekonomi global yang berdampak pada kondisi ekonomi, politik, sosial kemasyarakatan di negara kita; Maka dari kampus di seluruh Indonesia (garda terdepan kampus UI) menggeliat bersama dengan civil society menuntut mundurnya Presiden Soeharto dan mereformasi sistem pemerintahan orde baru, itulah titik awal lahirnya pemerintahan era reformasi; Saat demonstrasi besar-besaran yang serentak di seluruh Indonesia, penulis sempat menyaksikan massa di depan kantor kami berdinas Jl Urip Sumoharjo Makassar yang bergerak dari kampus Unhas Tamalanrea menuju Lapangan Karebosi melewati kantor Gubernur, kantor Kejaksaan Tinggi, kantor DPRD Provinsi; Lantas teringatlah kembali beberapa poin penting analisis dan prediksi dari seorang ekonom Faisal Basri sewaktu kami berinteraksi di kampus perjuangan UI Salemba Jakarta.

Meskipun kami sudah tidak pernah bertemu lagi dengan beliau selama kurang lebih 30 tahun, namun kenangan bersama almarhum selama dikampus tetap teringat dan terkesan sangat mendalam, bahkan termotivasi untuk selalu peduli pada situasi dan kondisi yang terjadi dilingkungan kita, sehingga ajaran tentang sensitivitas menjadi sangatlah penting, demikian pula sering membaca tulisan dan pemberitaan beliau, melihat dan mendengar paparan maupun komentarnya via media online dan juga di layar kaca hingga ada berita duka yang datang dan terbaca di hp ketika lagi searching sesuatu.

Inna lillahi wainna ilaihi rajiun, selamat jalan pak dosen, do’a kami menyertai ke alam barzah, Allahummagfirlahu warhamhu waaifini wa’fuanhu, Amin Yra;Makassar, September 2024. (*)