HERALD.ID, JAKARTA–Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta meluncurkan program penanggulangan Demam Berdarah Dengue (DBD) menggunakan nyamuk Aedes Aegypti ber-Wolbachia.
Program ini diluncurkan di Taman Agro Eduwisata GSG RW 07, Kelurahan Kembangan Utara, Kecamatan Kembangan, Jakarta Barat, pada Jumat (4/10/2024).
Peluncuran ini dihadiri Pelaksana Tugas (Plt) Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Yudhi Pramono; Plt Asisten Kesejahteraan Rakyat Sekda Provinsi DKI Jakarta, Suhairini Eliawati; Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto; dan Kepala Dinas Kesehatan Provinsi DKI Jakarta, Ani Ruspitawati.
Plt Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan RI, Yudhi Pramono, menjelaskan bahwa bakteri Wolbachia merupakan bakteri alami yang umum ditemukan di serangga dan mampu menghambat replikasi virus Dengue di tubuh nyamuk.
Penelitian di Yogyakarta membuktikan bahwa teknologi ini mampu menurunkan kasus Dengue hingga 77 persen dan mengurangi pasien yang dirawat di rumah sakit hingga 86 persen.
“Kementerian Kesehatan RI mengadopsi teknologi Wolbachia dengan melakukan pilot project di lima kota: Semarang, Jakarta Barat, Bandung, Kupang, dan Bontang. Saya berharap pilot project ini bisa menjadi contoh keberhasilan pengendalian Dengue melalui kerja sama antara pemerintah pusat, daerah, dan pemangku kepentingan lainnya,” jelas Yudhi dalam siaran pers Pemprov DKI Jakarta pada Jumat (4/10/2024).
Ia juga mengapresiasi Pemprov DKI Jakarta yang mendukung penuh program ini. “Kemenkes RI telah menyiapkan dukungan berupa telur nyamuk ber-Wolbachia dari Universitas Gadjah Mada (UGM), pelatihan petugas, uji kualitas, dan ember Wolbachia sebanyak 30.000 yang telah didistribusikan di Jakarta Barat,” ujarnya.
Yudhi menegaskan bahwa teknologi nyamuk ber-Wolbachia itu merupakan pelengkap dari program pengendalian DBD yang sudah ada, seperti Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dengan 3M Plus: Menguras, Menutup, dan Mendaur Ulang tempat penampungan air. Pengendalian ini harus terus dilaksanakan di tempat tinggal, sekolah, dan tempat kerja.
Wali Kota Jakarta Barat, Uus Kuswanto, menjelaskan bahwa rangkaian kegiatan penanggulangan DBD dengan metode Wolbachia di Jakarta Barat sudah dimulai sejak wilayah ini ditetapkan sebagai salah satu lokasi implementasi program pada 2023.
Itu berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan RI Nomor 1341 Tahun 2022 tentang Penyelenggaraan Implementasi Wolbachia sebagai Inovasi Penanggulangan Dengue. Jakarta Barat terpilih sebagai salah satu dari lima kota selain Semarang, Bandung, Kupang, dan Bontang.
“Kami melibatkan kader Jumantik (Juru Pemantau Jentik) melalui pelatihan agar mereka dapat membantu sosialisasi program ini kepada warga. Edukasi dilakukan secara masif di seluruh wilayah Jakarta Barat melalui tatap muka, media sosial, webinar, dan penyebaran leaflet,” jelas Uus.
Pihaknya telah mendata Orang Tua Asuh (OTA) yang bersedia menempatkan ember berisi telur nyamuk ber-Wolbachia. Di wilayah Kembangan Utara, terdapat 1.185 orang yang berpartisipasi sebagai OTA, berperan aktif dalam menjaga ember-ember tersebut.
Kecamatan Kembangan dipilih sebagai lokasi pertama pelepasan nyamuk ber-Wolbachia karena angka DBD tertinggi pada 2023, dengan tingkat insiden 54,1 per 100.000 penduduk.
“Kecamatan Kembangan memiliki kepadatan penduduk tinggi, dan masyarakatnya dikenal guyub serta gotong royong, sehingga secara prinsip menerima program pelepasan nyamuk ber-Wolbachia dengan baik,” tambahnya.
Kasus DBD di Jakarta Barat memuncak pada April 2024 dengan 799 kasus. Akan tetapi, mulai menurun pada Juli, dan hingga September tercatat sebanyak 73 kasus. (ilo)