HERALD.ID, JAKARTA – Pakar Hukum Tata Negara, Refly Harun, dalam sebuah video di kanal YouTube pribadinya, mengungkapkan adanya ketegangan internal di antara Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka terkait isu Fufufafa.
Menurut informasi yang ia terima, ketegangan ini dipicu oleh kontroversi yang melibatkan akun Fufufafa, yang diduga menyentuh aspek-aspek sensitif terkait afiliasi politik dan pribadi.
Dalam video berdurasi lebih dari 20 menit tersebut, Refly menjelaskan bahwa keluarga Prabowo, termasuk putrinya Saraswati, sangat marah dengan situasi yang berkembang.
Kabar ini pertama kali dibocorkan oleh Tempo, yang menyebut bahwa Prabowo merasa kecewa dengan Gibran karena anak Presiden Joko Widodo tersebut tidak dilibatkan dalam pembahasan pemerintahan ke depan, terutama terkait pembentukan kabinet.
Refly juga membahas bahwa seleksi kabinet mendatang sepenuhnya dikendalikan oleh keluarga Prabowo.
Ia menyebut nama-nama seperti Hashim Djojohadikusumo dan Saraswati yang berperan penting dalam proses seleksi.
Menurut Refly, meskipun Prabowo memiliki hak untuk memilih orang-orang dekatnya, ada kekhawatiran publik mengenai praktik nepotisme.
Refly mengingatkan bahwa meskipun anggota keluarga yang dipilih memiliki kapasitas yang baik, tetap lebih bijaksana jika jabatan publik diisi oleh orang-orang yang lebih kompeten dari luar keluarga.
“Nepotisme yang meritokratik mungkin bisa diterima, tetapi jika ada yang lebih baik dari keluarga, lebih baik kita pilih yang terbaik,” ujar Refly dilansir Herald Indonesia dari akun YouTube-nya.
Isu Fufu Fafa, menurut Refly, telah memperburuk hubungan antara Prabowo dan Gibran.
Beberapa petinggi di lingkungan pemerintahan bahkan menyebutkan bahwa Gibran kini jarang dilibatkan dalam pembicaraan penting terkait pemerintahan mendatang.
Hal ini semakin diperkuat dengan laporan dari sumber internal yang menyebutkan bahwa hubungan antara kedua tokoh ini semakin merenggang.
Refly menambahkan, ketegangan ini juga mempengaruhi masa depan politik Gibran, yang beberapa kalangan mendesak agar tidak dilibatkan lagi dalam struktur pemerintahan yang akan datang.
Menurutnya, ada spekulasi bahwa posisi Gibran dalam pembentukan kabinet sudah tidak dipertimbangkan lagi karena berbagai faktor, termasuk dampak dari isu Fufufafa.
Lebih jauh, Refly juga menyinggung adanya desakan dari kelompok masyarakat sipil yang menolak Fufu Fafa untuk dilantik sebagai wakil presiden.
Kelompok ini berargumen bahwa Fufufafa tidak memenuhi kualifikasi berdasarkan Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017, Pasal 169 huruf J, yang mengatur persyaratan calon presiden dan wakil presiden. Isu ini semakin menguat seiring dengan protes dari berbagai aktivis dan tokoh masyarakat yang menganggap Fufu Fafa tidak layak.
Dalam video tersebut, Refly juga memuji peran netizen dan media dalam mengungkap informasi yang sensitif terkait isu Fufu Fafa.
“Netizen kita memang sangat hebat dalam menguliti isu-isu yang berkaitan dengan pejabat publik,” ujarnya.
Ia menambahkan bahwa media yang memiliki kode etik jurnalistik, seperti Tempo, berperan penting dalam membocorkan informasi yang sebelumnya tidak diketahui publik.
Refly menutup analisanya dengan mengatakan bahwa ketidakpastian politik semakin terasa menjelang akhir masa jabatan Presiden Jokowi.
Hubungan antara Gibran dan Prabowo, menurut Refly, masih menjadi tanda tanya besar terkait bagaimana peran mereka dalam pemerintahan yang akan datang. (*)