HERALD.ID – Di balik tirai megah Singapura, sebuah drama keluarga yang melibatkan keturunan tokoh besar, Lee Kuan Yew, mencuat ke permukaan.

Konflik ini berpusat pada Lee Hsien Yang, putra bungsu pendiri Singapura, yang berseberangan dengan kakaknya, Lee Hsien Loong, mantan Perdana Menteri.

Lee Hsien Yang, dalam sebuah wawancara dengan The Guardian, menuduh rezim kakaknya represif dan terus menekan keluarganya.

Tuduhan sumpah palsu, tindakan hukum, hingga denda sosial menandai ketegangan ini, menempatkan konflik keluarga ini sebagai simbol retaknya pengaruh keluarga Lee yang dulu begitu solid.

Semua berawal pada 2015, saat Lee Kuan Yew meninggal dunia, meninggalkan wasiat agar rumahnya dihancurkan. Sementara Lee Hsien Yang mendukung keinginan ayahnya, Lee Hsien Loong berkeras mempertahankan properti itu, mengklaim ayahnya terbuka pada keputusan pemerintah.

Konflik pun meledak, bukan hanya soal rumah, tapi mencakup isu politik yang lebih besar.

Pada 2022, Lee Hsien Yang melarikan diri ke Inggris, menuduh Singapura berusaha menghancurkan keluarganya. Ia menerima suaka politik di London, yang menjadi simbol akhir dari hubungannya dengan negeri yang dibangun oleh ayahnya.

Pemerintah Singapura membantah semua tuduhan Lee Hsien Yang, menegaskan bahwa negara ini tidak memberi keistimewaan, bahkan kepada keturunan pendiri negeri.

Di balik citra ekonomi yang sukses, konflik ini menjadi sorotan dunia, menguak sisi kelam yang jarang terlihat dari pemerintahan negeri kota itu. (*)