HERALD.ID, TEHERAN — Kabar duka membayangi Iran setelah serangan udara Israel menghantam jantung wilayahnya pada Sabtu, 26 Oktober 2024 dini hari.
Kelamnya malam berubah jadi sorotan, menyisakan lima korban tewas—empat tentara dan satu warga sipil. Hawa panas tak hanya terhampar di atas langit Teheran, namun juga menyulut percikan api di ruang diplomasi dan panggung dunia.
Mayor Hamzeh Jahandideh, Sersan Mohammad Mehdi Shahrokhifar, Mayor Sajjad Mansouri, dan Sersan Mehdi Naghavi, begitu mereka diidentifikasi oleh IRNA, kantor berita resmi Iran yang didukung pemerintah. Mereka adalah pejuang pertahanan udara yang, sebagaimana disebut Panglima Korps Garda Revolusi Iran (IRGC) Mayor Jenderal Hossein Salami, gugur sebagai martir di Pangkalan Pertahanan Udara Khatam Al-Anbiya dalam tugasnya melindungi tanah air.
“Dalam agresi Israel terbaru ini, kita kehilangan empat pejuang bersemangat kita. Saya sampaikan belasungkawa kepada seluruh keluarga, komandan, dan staf tentara kita yang gagah berani,” ujar Salami.
Namun, tak hanya empat prajurit yang kehilangan nyawa. Allahverdi Rahimpour, seorang warga sipil Iran, turut menjadi korban dalam serangan yang diklaim Israel sebagai balasan atas serangan rudal Iran pada awal bulan. Dalam operasi yang disebutnya sebagai “serangan presisi,” Israel mengaku telah menghantam fasilitas militer Iran tepat sasaran, mengklaim serangan ini merupakan bentuk respon atas ancaman berbulan-bulan dari Iran.