HERALD.ID, JAKARTA – Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali sesi perdagangan pertama hari ini dengan pelemahan, dibuka turun 0,36% ke level 7.578,98, Rabu 30 Oktober 2024

Seiring berjalannya waktu, koreksi IHSG makin membesar hingga 0,56%, membawa indeks ke angka 7.563,91, semakin mendekati level psikologis 7.500.

Transaksi saham di awal sesi I mencapai nilai sekitar Rp 1,2 triliun dengan volume transaksi sebanyak 1,8 miliar lembar yang terjadi dalam 110.273 kali transaksi. Kondisi IHSG ini dipengaruhi oleh sentimen domestik dan internasional.

Dari dalam negeri, perhatian investor tertuju pada kinerja PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI) yang melaporkan pendapatan bunga mencapai Rp 148,79 triliun, tumbuh 12,8% secara tahunan pada kuartal III-2024.

Namun, tingginya beban bunga menyebabkan pertumbuhan bunga bersih hanya naik 4,5% menjadi Rp 105,76 triliun, sementara beban bunga meningkat hingga 40,2% menjadi Rp 43,04 triliun.

Selain itu, laporan kinerja PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) yang dijadwalkan rilis jelang penutupan sesi perdagangan diharapkan memberikan arah tambahan bagi pergerakan IHSG.

Dari sisi eksternal, investor juga memantau data ekonomi AS, khususnya kondisi pasar tenaga kerja, sebagai acuan bagi kebijakan suku bunga The Federal Reserve.

Data Job Openings and Labor Turnover Survey (JOLTS) menunjukkan lowongan pekerjaan di AS menurun sebanyak 418.000 menjadi 7,443 juta pada akhir September, level terendah sejak Januari 2021.

Revisi data Agustus turut memperlihatkan penurunan, mencerminkan dampak sementara dari badai Helene dan Milton terhadap permintaan tenaga kerja di wilayah Selatan AS.

Survei Conference Board juga menunjukkan meningkatnya persepsi konsumen terhadap pasar tenaga kerja, yang turut mengangkat kepercayaan konsumen AS ke level tertinggi dalam sembilan bulan terakhir.

Namun, jumlah lowongan pekerjaan yang tercatat masih mendekati 1,09 per orang penganggur, menunjukkan adanya tekanan dalam dinamika pasar kerja AS.

Investor tetap waspada dengan melihat berbagai indikator baik dari dalam maupun luar negeri untuk menentukan strategi investasi mereka di tengah ketidakpastian kondisi ekonomi global. (*)