HERALD.ID – Di tengah hingar-bingar perpolitikan Indonesia, Ketua Umum Partai Solidaritas Indonesia (PSI), Kaesang Pangarep, tidak hadir dalam pertemuan penting ketua umum partai politik dengan Presiden Prabowo Subianto di Istana, Jumat, 1 November 2024.

Dalam sebuah momen yang menyita perhatian, Kaesang menjelaskan, para ketua umum yang diundang adalah mereka yang memiliki kursi di parlemen, sebuah status yang tidak dimiliki PSI setelah pemilu 2024 lalu.

“Dicek dari mana saja (ketum parpolnya). Ya mungkin itu semua partai yang di parlemen,” ucap Kaesang dengan nada tenang saat ditemui di Kecamatan Jambe, Kabupaten Tangerang.

Pernyataan ini mencerminkan pemahaman akan realitas politik yang tidak selalu menguntungkan bagi PSI, yang kini harus menanggung konsekuensi dari hasil pemilu yang tidak memenuhi ambang batas parlemen.

Dalam suasana blusukan ke berbagai titik di Kabupaten Tangerang, Kaesang berusaha mengambil sisi positif dari pertemuan yang berlangsung di Istana. “Ya kan partai parlemen, mungkin di partai-partai yang di parlemen,” imbuhnya, menunjukkan sikap optimis meski tanpa keterlibatan langsung.

Di Istana, Presiden Prabowo mengundang sejumlah ketua umum partai politik untuk makan siang, termasuk Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar dan Ketua Umum PAN Zulkifli Hasan. Para pemimpin ini tiba satu per satu, membentuk barisan yang mencerminkan kekuatan koalisi yang ada. Zulhas, sapaan akrab Zulkifli, menegaskan bahwa pertemuan ini adalah agenda rutin mingguan, sebuah jalinan komunikasi yang penting dalam dinamika politik.

“Biasa mingguan, diundang Pak Presiden,” kata Zulhas dengan senyum. Dia melanjutkan, “Iya, ketum-ketum parpol semua. Ada juga Pak Dasco, Pak Muzani, Pak AHY, Pak Bahlil, Cak Imin Ketum PKS. Semua.”

Pertemuan ini, meskipun terkesan biasa, menggambarkan kerumitan hubungan politik dan bagaimana kekuasaan dapat saling terhubung. Dengan setiap ketua umum yang hadir, tercipta narasi bahwa dukungan dan solidaritas dalam koalisi sangatlah krusial. Namun, bagi Kaesang dan PSI, ketidakhadiran ini menyisakan rasa pahit di tengah manisnya pertemuan para pemimpin lain.

Kaesang, meski terpisah dari momen penting di Istana, tetap berkomitmen untuk menjalankan tugasnya dalam kampanye lokal, menunjukkan bahwa politik tidak selalu berkaitan dengan ruangan-ruangan megah dan pertemuan formal. Sementara itu, di dalam Istana, diskusi dan strategi sedang dijalin, menciptakan langkah-langkah yang mungkin akan menentukan arah masa depan politik Indonesia.

Isu Perang Dingin Prabowo-Jokowi Menggelinding di Medsos

Sementara itu, di media sosial X, menggelinding isu adanya perang dingin Prabowo dan Jokowi. Para pengamat meramalkan benturan yang dahsyat antara dua kubu besar: kubu Prabowo yang didukung rakyat melawan kubu Jokowi yang berkolaborasi dengan oligarki. Dengan TNI dan Polri yang terbelah dalam loyalitas, ketegangan ini menggambarkan potret ketidakpastian yang melanda negeri.