HERALD.ID — Membayangkan mengetahui tanggal kematian Anda sendiri memang memberikan sensasi menakutkan sekaligus peluang untuk introspeksi diri. Tentu saja, informasi semacam ini bisa menghadirkan perasaan yang campur aduk. Meskipun terdengar seperti plot dalam sebuah film, perkembangan teknologi memungkinkan hal tersebut menjadi kenyataan.

Di Inggris, rumah sakit tengah mempertimbangkan penggunaan “kalkulator kematian” berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memprediksi perkiraan waktu kematian pasien. Program ini dikenal sebagai AI-ECG risk estimator atau AIRE. Dikembangkan oleh para peneliti di Imperial College London bersama dengan Imperial College Healthcare NHS Trust, teknologi ini telah dipublikasikan dalam Lancet Digital Health. Dengan menggunakan algoritme canggih, sistem ini diklaim mampu memperkirakan tanggal kematian seseorang.

Bagaimana Cara Kerja Kalkulator Kematian AI?

Kalkulator AI ini bekerja menggunakan rekaman elektrokardiogram (EKG) untuk secara akurat memprediksi kemungkinan seorang pasien terkena penyakit baru, kondisi yang memburuk, atau bahkan kematian. Menurut para peneliti, model ini dapat mengenali pola-pola EKG dengan detail dan ketepatan yang melampaui kemampuan dokter spesialis jantung.

Biasanya, dokter jantung menggunakan pengalaman dan pedoman standar untuk menilai EKG, membedakan pola “normal” dan “abnormal” guna mendiagnosis penyakit. Namun, model AI mampu mendeteksi detail yang lebih halus sehingga dapat “menemukan” masalah pada EKG yang mungkin tampak normal di mata manusia, dan bahkan sebelum penyakit tersebut berkembang sepenuhnya.

Dr. Arunashis Sau, seorang dosen klinis akademis di Institut Jantung dan Paru Nasional di Imperial College London, menyatakan bahwa teknologi ini dapat mendeteksi risiko kesehatan jangka panjang, termasuk masalah irama jantung, serangan jantung, gagal jantung, dan bahkan kematian dari penyebab non-jantung, dengan tingkat akurasi yang tinggi.

Apakah Kalkulator Kematian AI dapat Diandalkan?

Kalkulator kematian AI ini memperkirakan harapan hidup berdasarkan data seperti usia, gaya hidup, kondisi kesehatan, dan demografi, namun tidak sepenuhnya dapat diandalkan. Algoritma ini dilatih dengan data historis untuk memberikan perkiraan harapan hidup seseorang. Meski begitu, prediksinya terbatas karena harapan hidup dapat dipengaruhi oleh faktor yang sulit diprediksi, seperti kecelakaan atau perubahan signifikan dalam perawatan medis.

Walaupun kalkulator kematian AI memberikan wawasan risiko kesehatan, ketepatannya sangat bergantung pada kualitas dan kelengkapan data yang digunakan dalam pelatihannya. Selain itu, kalkulator ini cenderung mengabaikan faktor emosional, psikologis, dan sosial yang turut mempengaruhi usia seseorang. Oleh karena itu, alat ini sebaiknya digunakan hanya sebagai panduan umum, bukan sebagai prediksi yang absolut.

Meskipun dapat memberi kesadaran akan kondisi kesehatan seseorang, kalkulator ini tidak boleh dianggap sebagai penentu umur yang pasti. Penggunaannya dapat membantu menyoroti tren kesehatan atau memotivasi gaya hidup lebih sehat, tetapi belum memiliki keandalan yang dianggap benar-benar akurat dalam memprediksi harapan hidup individu.