HERALD.ID, SOLO – Di sudut angkringan sederhana di Solo, malam itu hadir dua sosok besar yang pernah dan kini memimpin Indonesia. Presiden Prabowo Subianto dan mantan Presiden Joko Widodo, duduk bersebelahan, tampak berbincang ringan sambil menikmati nasi goreng Jawa. Pertemuan ini memang terlihat santai, namun bagi publik dan para pengamat, setiap momen percakapan keduanya sarat makna.
Di tengah aroma rempah nasi goreng yang khas, perhatian orang-orang di sekitar tertuju pada perbincangan kedua tokoh bangsa ini. Hendri Satrio, pengamat komunikasi politik dari Universitas Paramadina yang akrab disapa Hensat, menilai pertemuan tersebut menyisakan kesan yang mendalam. Banyak masyarakat, menurutnya, menganggap Prabowo seakan masih berada di bawah bayang-bayang Jokowi. Namun, Hensat memiliki pandangan yang berbeda.
“Saya yakin bahwa Prabowo adalah pemimpin yang berdaulat tanpa pengaruh dari pemimpin sebelumnya,” ucap Hensat di Jakarta pada Senin, 4 November 2024. Ia menambahkan bahwa publik masih perlu memberi kesempatan bagi Prabowo untuk menjalankan pemerintahannya, setidaknya dalam seratus hari pertama.
Malam itu di Solo, Prabowo yang baru saja kembali dari kunjungan kerjanya di Merauke, menyempatkan diri bertandang ke rumah pribadi Jokowi di kawasan Banjarsari. Di sana, kedua tokoh ini menghabiskan waktu sekitar tiga puluh menit, lalu mereka melanjutkan obrolan di sebuah angkringan terdekat. Momen itu terjadi di tengah Pilkada 2024 dan berkembangnya berbagai isu panas seperti penentuan kabinet dan kasus-kasus korupsi.
Hensat menduga bahwa pertemuan keduanya membahas isu-isu strategis yang penting, bahkan mungkin tentang Gerakan Solidaritas Nasional (GSN) yang baru saja dibentuk Prabowo. “Saya kira tidak hanya silaturahmi, tetapi ini pertemuan antara dua tokoh dengan hubungan dinamis yang saling mengisi,” ujarnya, menegaskan bahwa percakapan mereka tak hanya sekadar basa-basi.