HERALD.ID, POLMAN — Malam yang semula tenang di Dusun Nganjuk, Desa Sugihwaras, Kecamatan Wonomulyo, berubah jadi menegangkan. Suasana yang biasa diwarnai deru angin malam mendadak terhenti, seolah menyaksikan tragedi yang sedang terjadi di sebuah rumah kost. Senin, 4 November 2024, jarum jam menunjukkan pukul 21.10 WITA ketika Sudibjo, seorang pria berusia 43 tahun, tiba-tiba kembali ke tempat itu dengan tatapan penuh amarah dan sebilah parang dalam genggamannya.

Sebelumnya, pada sore yang sama, Sudibjo yang akrab disapa Gio, seorang tukang kayu asal dusun setempat, berkumpul dengan Hendrik, teman lamanya yang juga dikenal sebagai Boring, wisatawan berusia 45 tahun. Mereka menghabiskan waktu bersama beberapa kawan lainnya, menikmati malam dengan minuman keras di rumah kost Hendrik. Tawa dan obrolan mereka awalnya mengisi senja yang merayap menjadi malam.

Namun, suasana mulai keruh ketika Hendrik melihat Gio melakukan tindakan yang tak pantas—menindih salah seorang perempuan yang ikut dalam pertemuan malam itu. Hendrik, dengan nada tegas, menegur Gio. Entah karena mabuk atau merasa harga dirinya tersinggung, Gio tak terima teguran itu. Kecanggungan berubah menjadi ketegangan ketika Hendrik dan beberapa temannya menghentikan Gio, mendorongnya untuk pulang.

Waktu berlalu, dan malam mulai semakin pekat. Gio meninggalkan rumah kost dengan tubuh yang gemetar menahan marah. Tak ada yang tahu, bahwa dalam amarahnya yang mendidih, ia memutuskan kembali ke tempat itu. Sekitar pukul 21.10 WITA, Gio datang lagi—kali ini dengan sebilah parang, sebuah niat yang jauh lebih berbahaya dari sekadar melampiaskan kemarahan.

Tanpa banyak kata, Gio mengayunkan parangnya ke arah Hendrik, melukai perutnya. Darah mengalir, dan suasana yang tadinya diramaikan oleh musik dan tawa berubah menjadi panik. Gio berlari meninggalkan tempat kejadian, namun tak lama kemudian ia menyerahkan diri di Polsek Wonomulyo, seolah sadar bahwa tak ada jalan lain untuknya.

Hendrik segera dilarikan ke Rumah Sakit Wonomulyo. Luka robek di perutnya cukup parah—panjang 10 cm, lebar 3 cm, dan kedalaman 3 cm. Malam itu, dusun yang biasanya damai kembali sunyi, menyisakan bisik-bisik yang tertinggal di udara. Di balik pintu-pintu tertutup, orang-orang membicarakan insiden tersebut, terkejut dengan kebrutalan yang muncul di antara sahabat-sahabat yang tadinya tampak akrab.

Kapolsek Wonomulyo, AKP Sandy Indrajatiwiguna, dalam keterangannya menyebutkan bahwa insiden ini bermula dari pesta minuman keras yang tak terduga berakhir tragis. Di tengah kesunyian malam, Sugihwaras kini menjadi saksi bisu dari amarah yang tak tertahankan, persahabatan yang rusak, dan tragedi yang mengintai dalam gelap. (san)