HERALD.ID – Di balik hingar-bingar debat politik yang kian panas, sebuah percakapan satir di media sosial memunculkan nama “Fufufafa.” Seperti teka-teki yang terselubung dalam senyap, sosok ini menjadi bahan spekulasi, candaan, bahkan olokan di ranah maya. Namun, dari percakapan di akun media sosial itu, terungkap kalau Gerindra sudah mengetahui siapa di balik topeng Fufufafa itu.

Peristiwa ini berawal dari unggahan akun Instagram KangGhibahBeel, yang dengan tajam menyindir, “Kasian 11/100 masih dipikirin, gimana Fufufafa?” Ungkapan ini seolah menjadi bensin bagi api spekulasi, terutama bagi akun-akun yang haus akan satire politik.

Akun resmi Gerindra, menanggapi dengan kalimat penuh makna tersembunyi, “Fufufafa gak pernah ditolong, diperjuangkan, dan dibela habis-habisan sampai jadi gubernur.”

Pernyataan 11/100 sebelumnya meluncur dari Anies Baswedan saat debat Pilpres. Hal itu membuat Prabowo Subianto diduga masih terbawa perasaan atau baper.

KangGhibahBeel kemudian mempertanyakan Fufufafa yang telah menghina Prabowo dan keluarganya. Akun Gerindra lantas mengatakan, kalau pihaknya tidak pernah menolong Fufufafa.

Pernyataan tersebut langsung mengundang atensi dan berbagai interpretasi. Dalam dunia satir media sosial, penjelasan itu seakan melukis bayangan sosok misterius, seolah membenarkan dugaan bahwa Fufufafa adalah seseorang yang kini dianggap tak lagi ada ikatan dengan pihak Gerindra.

Seperti api yang semakin membara, komentar dari akun lain ikut mengobarkan percakapan ini. Atheistan, seorang pengguna Twitter dengan ratusan ribu pengikut, menulis, “Clear sudah kalimat satire ini ya, siapa yang dimaksud.” Sebagian publik langsung mengaitkan pernyataan tersebut dengan masa lalu politik yang penuh intrik dan persekutuan.

Sementara itu, AndikaNgojek, akun lain yang tak mau ketinggalan, mengomentari dengan nada bercanda: “Gila, ngapain sampai ke biji-biji ya somplak ini Fufufafa.” Olok-olok berlanjut, dengan satu akun bahkan melontarkan dugaan bahwa Fufufafa adalah sosok yang tak lagi bisa diharapkan untuk mendapat dukungan. Tawa dan ejekan berbaur dalam satu arena yang seolah tak kenal ampun, tempat sindiran dan ironi menjadi senjata.

Dalam jagat maya yang tak mengenal batas, Fufufafa kini menjadi teka-teki baru, entah hanya sekadar julukan atau simbol dari hubungan yang sudah tak harmonis. Di ruang komentar yang terus melaju, netizen menambahkan lapisan demi lapisan pada kisah ini, menciptakan bayangan tentang sosok yang dulunya mungkin berada di lingkaran dalam, tetapi kini seakan terlempar jauh dari peta pengaruh.

Di antara semua spekulasi, ironi kehidupan politik Indonesia kembali tersingkap: persahabatan dan permusuhan sering kali tak lebih dari sekadar angin yang mudah berbelok, meninggalkan bayang-bayang yang samar, layaknya sosok misterius bernama Fufufafa. (*)