HERALD.ID – Di linimasa media sosial yang penuh kelakar dan satire, diskusi tentang kualitas public speaking dari dua tokoh muda, Verrel Bramasta dan Gibran Rakabuming Raka, menggelitik para warganet. Tak sedikit yang menyandingkan keduanya dengan sarkasme tajam. Sebuah unggahan di X, misalnya, menyulut percakapan hangat tentang keahlian bicara, latar belakang pendidikan, dan perbedaan gaya kedua figur publik ini.

Dengan tagar #WakilPresidenTertukar, warganet menyoroti penampilan Verrel yang baru-baru ini menjadi sorotan karena public speaking-nya yang terampil dan terlihat percaya diri di forum resmi. Seorang pengguna dengan akun @AnKiiim_ menyindir, “Wakil Presiden yang tertukar? 🙄🤣” dengan nada jenaka, menggambarkan bagaimana beberapa orang melihat kualitas Verrel sebagai figur publik yang dianggap lebih “mewakili” dalam aspek retorika.

Komentar lain turut menambahkan bahan bakar dalam diskusi ini. @RidNgemil menyebut Verrel sebagai “pintar, good looking, dan well-educated,” seolah menyoroti keunggulan aktor muda ini dalam penampilan formal yang bersinar.

Sebaliknya, ketika nama Gibran disebut, pengguna tersebut hanya memberikan deskripsi dengan nada bercanda, “Yang kanan apaan sik itu?” Menyiratkan perbedaan yang kontras antara keduanya, beberapa warganet lain ikut berceloteh dengan tambahan seperti, “Yang kanan cuma makelar susu,” hingga menyoroti penampilan fisik dan kesehatan mata, menyebutkan bahwa Verrel tampak lebih segar dibandingkan Gibran.

Percakapan ini tak hanya memecah tawa, tetapi juga menggambarkan sisi kritis warganet terhadap para pemimpin muda. @AdamVelcro menambahkan dengan gaya humor sarkastik, “Gosah disebut siapa yg gak punya kualitasnya… jelas kan? 😅” Seolah ingin menegaskan bahwa kualitas dan gaya masing-masing figur publik ini mencerminkan citra yang sangat berbeda. Tak sedikit yang berpikir bahwa mereka “tertukar” peran.

Warganet juga membawa dimensi akademis dalam pembicaraan ini. @ArjayaDirja misalnya, menyentil perbedaan latar belakang pendidikan keduanya, dengan komentar, “Alumni Harvard… jangan samain dengan yang katanya lulusan Singapura,” yang kembali menyoroti betapa pentingnya prestasi akademis dalam membangun kredibilitas publik.

Percakapan ini menjadi refleksi ringan tetapi tajam, menyindir, memuji, bahkan memberi evaluasi terbuka mengenai kualitas para tokoh publik. Linimasa X kini penuh dengan tawa dan satire, menegaskan bahwa di balik lelucon itu, ada aspirasi masyarakat untuk melihat pemimpin muda yang tak hanya karismatik, tetapi juga kompeten dalam setiap aspek kepemimpinan. (*)