HERALD.ID, JAKARTA — Kemenangan Donald Trump dalam Pemilu Presiden Amerika Serikat 2024 membawa dinamika baru dalam politik global dan ekonomi Indonesia.
Pengamat politik, Rocky Gerung menilai, kemenangan Trump tidak hanya memperkuat posisi politik Partai Republik di AS, tetapi juga menciptakan dampak signifikan pada perekonomian negara-negara berkembang, termasuk Indonesia.
Menurut Rocky, kemenangan Trump menunjukkan preferensi rakyat Amerika yang lebih mementingkan isu ekonomi daripada demokrasi dan hak asasi manusia.
“Slogan ‘Make America Great Again’ kembali memenangkan hati publik. Ini sinyal bahwa warga AS menginginkan pemimpin dengan kebijakan yang tegas dan fokus pada kepentingan domestik,” ujarnya.
Ia juga menyoroti bagaimana Trump mampu mengonsolidasikan dukungan dari basis tradisional Partai Demokrat, khususnya mereka yang merasakan tekanan ekonomi.
“Ada pergeseran besar dalam psikologi pemilih Amerika. Ketidakpuasan terhadap kebijakan Joe Biden menjadi momentum Trump untuk kembali berkuasa,” kata Rocky.
Rupiah Melemah, Beban Hidup Rakyat Bertambah
Rocky memperingatkan bahwa kemenangan Trump akan memperkuat dolar AS, yang berpotensi membuat rupiah melemah.
“Penguatan dolar AS ini akan mempersulit ekonomi Indonesia. Harga barang impor naik, dan daya beli masyarakat terancam turun. Beban hidup rakyat Indonesia tentu akan semakin berat,” jelasnya.
Ia juga menyoroti keputusan Indonesia untuk mendekat ke blok ekonomi BRICS yang dipimpin oleh China dan Rusia. Langkah ini, menurut Rocky, bisa menjadi tantangan baru di tengah kebijakan Trump yang cenderung proteksionis dan pro-kapitalis.
“Keputusan bergabung dengan BRICS perlu dievaluasi. Amerika yang kuat di bawah Trump bisa mempersempit akses Indonesia terhadap modal global,” tambahnya.
Kemenangan Trump dan Tantangan Baru
Kemenangan Trump juga diprediksi akan mengubah peta geopolitik global, terutama dalam isu Timur Tengah dan konflik Ukraina.
“Trump cenderung mendukung Israel secara penuh, yang bisa memengaruhi dinamika konflik di Timur Tengah. Sementara itu, pendekatannya terhadap Rusia dan Ukraina bisa menciptakan skenario baru dalam perang tersebut,” ujar Rocky.
Bagi Indonesia, kemenangan Trump menimbulkan dilema geopolitik.
“Indonesia harus memilih apakah tetap fokus pada hubungan dengan BRICS atau mencoba membangun keseimbangan dengan Amerika yang kini lebih agresif secara ekonomi dan politik,” tambahnya.
Rocky menutup analisanya dengan catatan reflektif bagi Indonesia.
“Kemenangan Trump adalah cerminan populisme yang mampu mengalahkan nilai-nilai demokrasi. Ini menjadi pelajaran bagi Indonesia, apakah kita akan mengutamakan konsolidasi demokrasi atau justru tenggelam dalam populisme yang hanya mengandalkan sensasi,” tuturnya.
Ke depan, Indonesia di bawah kepemimpinan Prabowo Subianto akan menghadapi tantangan besar untuk menavigasi hubungan dengan AS yang semakin kuat di bawah Trump.
“Ini adalah ujian bagi diplomasi dan ekonomi Indonesia, bagaimana bertahan di tengah arus perubahan global yang semakin kompleks,” pungkas Rocky. (SAN)