HERALD.ID – Di bawah langit pagi yang lembut, Presiden Prabowo Subianto berdiri di atas landasan Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma. Sorot matanya tegas, dan suaranya tenang namun penuh ketegasan ketika ia menyampaikan amanat penting sebelum meninggalkan tanah air untuk kunjungan kerja. Ia bicara soal harapan bagi pemerintahannya—sebuah pemerintah yang bebas dari dendam dan muatan politis.
“Yang kita ingin ciptakan adalah suasana pemerintah yang bersih,” ucapnya, tak hanya sekali, seolah ingin pesan ini bergaung dalam setiap langkah para pejabat yang ditinggalkannya di Tanah Air. Dengan Wapres Gibran Rakabuming Raka mengambil alih, Prabowo memberi instruksi khusus kepada Kabinet Merah Putih, menekankan pentingnya integritas, efisiensi, dan komitmen terhadap cita-cita bersama yang lebih besar dari sekadar kepentingan politik.
Tahun 2025 sudah di depan mata, dan Prabowo sadar bahwa tak ada waktu untuk melunak atau bermain-main. “Kita siapkan benar-benar persiapan kita mulai bekerja keras untuk 2025, untuk memenuhi program yang sudah kita canangkan,” pesannya.
Suasana di pangkalan militer itu dipenuhi keheningan penuh hormat. Dalam sorot matanya, Prabowo seolah hendak menyampaikan pesan yang jauh lebih dalam daripada sekadar kata-kata—suatu panggilan untuk pemerintahan yang kokoh, tegas namun tetap arif, jauh dari bayang-bayang dendam atau manipulasi. Ia tahu, dalam dunia politik yang kadang keras dan penuh intrik, menjaga hati yang bersih adalah tantangan terberat.
Tak lama kemudian, Menteri Sekretaris Negara, Prasetyo Hadi, menjelaskan makna dari pesan Prabowo ini. “Beliau sekarang ingin melihat ke depan, kita bersama-sama bersatu-padu dengan semangat kebersamaan untuk membangun ke depan,” katanya. Sebuah pengingat bagi semua yang mendengar bahwa semangat kebersamaan di kabinet bukan sekadar formalitas, melainkan dasar yang akan membawa Indonesia maju, bebas dari segala kepentingan yang membebani.
Kepada kabinetnya, Prabowo menekankan bahwa tugas kali ini lebih dari sekadar menjalankan pemerintahan. Ia berharap kabinetnya mampu mengemban tanggung jawab dengan ketulusan dan tekad untuk Indonesia yang lebih bersih, tanpa agenda pribadi atau dendam masa lalu.
Saat pesawatnya lepas landas, Prabowo menitipkan harapan dan beban besar di pundak kabinetnya—sebuah amanah yang ia yakini dapat dipegang teguh. Dengan begitu, bayangan politik usang dan dendam tak akan pernah lagi menjadi noda dalam perjalanan pemerintahan yang baru. (*)