HERALD.ID, JAKARTA — Di Pangkalan TNI AU Halim Perdanakusuma, langit Jakarta mengiringi langkah Presiden Prabowo Subianto yang bersiap terbang melintasi benua. Wajahnya serius, namun tatapannya penuh keyakinan ketika berdiri berdampingan dengan Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Untuk pertama kalinya, Prabowo meninggalkan negeri ini dalam kapasitas sebagai Presiden Indonesia, melibatkan diri dalam serangkaian kunjungan penting ke Tiongkok, Amerika Serikat, Peru, Brasil, dan Inggris. Dan di balik deru mesin pesawat yang bersiap lepas landas, terbitlah Keputusan Presiden Nomor 31 Tahun 2024 yang menetapkan Gibran sebagai pelaksana tugas Presiden.
Keputusan itu, tertulis dengan tegas dalam lembar-lembar undang-undang, tetapi di balik tinta dan cap resmi, ada makna mendalam—sebuah amanah besar yang dipercayakan Prabowo kepada sosok muda di sampingnya. Gibran, anak sulung Presiden Joko Widodo yang kini berada di lingkar kekuasaan bersama Prabowo, kini diamanahi tugas melaksanakan roda pemerintahan selama Prabowo menjalankan misi diplomasi di negeri orang.
Empat poin penting dalam Keppres itu menjadi pegangan bagi Gibran. Di antaranya, Prabowo menegaskan bahwa dalam masa penugasan ini, Gibran harus menjalankan tugas sehari-hari Presiden sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. Namun, jika ada keputusan besar yang harus segera diambil, Gibran diwajibkan untuk berkonsultasi langsung dengan Prabowo.
Dalam pertemuan kabinet sebelum keberangkatannya, Prabowo meninggalkan pesan penuh kehati-hatian kepada para menteri. “Saya merasa perlu untuk kumpulkan saudara-saudara menyampaikan beberapa pengarahan selama saya berada di luar negeri,” ucap Prabowo, suaranya tenang namun tegas. Ia menekankan pentingnya komunikasi yang lancar tanpa batasan protokoler, “Jangan ragu-ragu untuk menghubungi saya. Tinggalkan hal-hal yang terlalu protokoler, terlalu feodal.”
Pesan Prabowo terpantul jelas dalam mata para menterinya yang mendengarkan. Di bawah langit Jakarta yang seolah bersekutu, Prabowo menegaskan bahwa mereka semua mengemban tugas yang sama, untuk mengabdi kepada rakyat tanpa batas dan tanpa jarak. Dan di tengah segala persiapan, Gibran berdiri di sana, menatap Presiden yang kini memberinya amanah besar—untuk menjalankan tugas negara, menjaga kestabilan di tanah air, dan melaporkan semua yang terjadi selama Prabowo berada di belahan dunia lain.
Pada akhirnya, di balik berangkatnya Prabowo ke negeri asing, ada harapan yang menggantung di udara, ada kepercayaan yang diletakkan pada sosok muda yang diharapkan mampu menjaga nyala amanah ini. Inilah momen ketika tanggung jawab berpindah tangan, dari seorang veteran yang terbiasa di garis depan, kepada seorang pemimpin muda yang tengah meniti jalan dalam panggung politik Indonesia. Keberangkatan Prabowo bukan hanya sekadar lawatan kenegaraan, tetapi sebuah babak baru, di mana amanah negara ada dalam genggaman Gibran, dan seluruh rakyat menanti dengan doa serta harapan. (*)