HERALD.ID, JAKARTA — Pada perdagangan Jumat (8/11) kemarin, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mencatat penguatan 0,60% ke posisi 7.287,19.
Namun, penguatan ini belum mampu membalikkan penurunan IHSG selama sepekan lalu yang terkoreksi cukup dalam dengan akumulasi penurunan 2,91%.
Kondisi ini juga dipengaruhi oleh capital outflow, dengan dana asing yang keluar mencapai Rp 4,50 triliun di seluruh pasar.
Sentimen eksternal, terutama yang berasal dari Amerika Serikat (AS), memberikan tekanan besar pada pasar saham.
Faktor seperti kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden dan keputusan The Fed yang menurunkan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin menjadi 4,5%-4,75% pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) 6-7 November, berdampak signifikan pada pergerakan pasar.
Oktavianus Audi, Vice President Marketing, Strategy, and Planning Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyatakan bahwa langkah The Fed ini sesuai dengan ekspektasi pasar, yang diharapkan dapat menjadi sentimen positif bagi saham domestik serta berpotensi menarik kembali arus modal asing.
Audi memperkirakan ada potensi pemangkasan lebih lanjut hingga 50 basis poin pada pertemuan FOMC akhir tahun, meskipun kondisi ekonomi dan geopolitik AS pasca-kemenangan Trump perlu diperhatikan.
Audi menambahkan bahwa laporan keuangan kuartal III-2024 dari emiten domestik turut memengaruhi pergerakan IHSG, di mana pelaku pasar melakukan rebalancing portofolio sebagai persiapan jelang window dressing pada akhir tahun.
Ratih Mustikoningsih, Financial Expert dari Ajaib Sekuritas, mengungkapkan IHSG mengalami pelemahan yang cukup signifikan sepanjang pekan lalu, menjadikannya indeks dengan penurunan terdalam di kawasan Asia Tenggara.
Faktor eksternal, seperti sentimen global dan pelemahan rupiah yang menyentuh Rp 15.840 per dolar AS, serta pertumbuhan ekonomi Indonesia yang melambat menjadi 4,95% di kuartal III-2024, berkontribusi pada tekanan tersebut.
Capital outflow juga terlihat pada saham-saham berkapitalisasi besar, terutama di sektor perbankan. Ratih memperkirakan IHSG akan bergerak dalam rentang support di 7.150 dan resistance di 7.370 untuk pekan berikutnya.
Praktisi Pasar Modal William Hartanto juga melihat IHSG masih memiliki potensi pelemahan dengan support di 7.195 dan resistance di 7.400 untuk jangka pendek.
Menurut William, sentimen terkait kemenangan Trump tidak akan memberi tekanan besar, mengingat historisnya IHSG sempat mengalami pelemahan pada 2020-2021 lebih karena pandemi COVID-19 daripada faktor eksternal lainnya.
Audi juga memprediksi IHSG akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas pada rentang support 7.200 dan resistance di 7.450.
Ia menyarankan untuk memperhatikan saham sektor energi dan komoditas yang terdampak oleh fluktuasi harga global serta saham perbankan besar dengan harga yang masih terdiskon.
Untuk rekomendasi saham, Audi merekomendasikan pembelian pada PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI) dan spekulatif pada saham PT ABM Investama Tbk (ABMM) dan PT Chandra Asri Pacific Tbk (TPIA).
Di sisi lain, William menyarankan buy on weakness pada saham PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), PT United Tractors Tbk (UNTR), serta sektor perkebunan sawit seperti PT Dharma Satya Nusantara Tbk (DSNG). (*)