HERALD.ID, BANGKA – Malam itu Desa Padang di Kecamatan Manggar, Beltim, seakan berhenti bernapas, tercekam oleh penemuan yang mengerikan. Lilis Sumarni, pedagang seblak yang dikenal baik oleh para tetangganya, ditemukan terkubur di bawah lantai rumahnya sendiri, tubuhnya dicor dengan semen. Sosok yang diduga kuat menjadi pelaku, Nanang Suryadi (50), kini telah ditangkap dan diamankan oleh Polres Belitung Timur.

Setelah penangkapan di wilayah Polres Bangka Selatan, Nanang segera dipindahkan ke ruang tahanan Polda Bangka Belitung di Pangkalpinang pada Rabu malam, 13 November 2024. Dalam pengawalan ketat oleh Kasatreskrim Polres Beltim, AKP Ryo Guntur Triatmoko, Nanang tiba di Mapolda Babel pukul 22.40 WIB. Pria berbaju hitam itu melangkah dengan kepala tertunduk, membawa sejumput diam yang sarat makna di tengah proses hukumnya.

Menurut AKP Ryo Guntur Triatmoko, kasus ini bermula dari sakit hati yang memuncak hingga berubah menjadi amarah mematikan. Berdasarkan pengakuan sementara, Nanang mengungkapkan bahwa ia dan Lilis memiliki hubungan asmara. Hubungan yang diharapkan berujung pada pernikahan, namun nyatanya menyimpan kerapuhan dan luka. Lilis, yang masih berkomunikasi dengan mantan suaminya, membangkitkan gelombang cemburu di hati Nanang. Di antara keinginan dan keraguan Lilis untuk melanjutkan hubungan, tersangka, dalam kilasan emosi, memutuskan dengan keji.

“Kejadian ini terjadi karena pelaku tidak mampu mengendalikan emosi ketika mendapati korban masih menjalin kontak dengan mantan suaminya,” ungkap AKP Ryo. Emosi yang meluap tersebut akhirnya membawa mereka pada akhir yang tragis, meninggalkan kisah pilu yang menjerat hati masyarakat Beltim.

Dari hasil interogasi awal, diketahui Nanang dan Lilis sempat menjalani hari-hari penuh rencana, dan bahkan pernah ada percakapan tentang pernikahan di antara keduanya. Namun, kini semua rencana itu terkubur bersama Lilis di bawah lantai rumah, menjadi potret yang mengingatkan bagaimana cinta yang tidak ditahan bisa berubah menjadi kutukan.

Kasus ini bukan sekadar cerita kriminal, tapi juga peringatan bagi banyak orang akan rapuhnya batas antara cinta dan amarah, antara sayang dan dendam. (*)