HERALD.ID – Di tengah berkembang pesatnya industri kecantikan di Indonesia, tak sedikit merek lokal yang harus menghadapi kenyataan pahit: tersingkir dan menutup usahanya. Hanya dalam kurun waktu satu tahun terakhir, setidaknya tiga merek kecantikan lokal yang telah berusaha mencuri hati para pecinta kecantikan akhirnya harus “gulung tikar”.
Nama-nama seperti SYCA, Noolab, dan Innertrue kini hanya tinggal cerita, menambah panjang daftar merek lokal yang tak mampu bertahan di pasar yang semakin ketat. Perjalanan mereka berakhir bukan tanpa sebab. Dalam beberapa tahun terakhir, dunia kecantikan lokal mengalami saturasi pasar, di mana banyaknya brand baru yang muncul membuat persaingan kian sengit.
Hanifa Ambadar, pendiri Female Daily, bahkan sudah meramalkan hal ini sejak Jakarta X Beauty 2023 lalu. Ia memprediksi bahwa tahun 2024 akan menjadi titik kritis bagi banyak merek kecantikan lokal, di mana hanya yang kuat dan inovatif yang mampu bertahan.
“Di tahun ini kita akan melihat banyak merek baru, tetapi juga akan ada brand yang sudah tidak ada,” ujar Hanifa, sembari menyoroti bahwa produk parfum adalah salah satu kategori yang paling cepat berbiak dengan kehadiran merek-merek baru setiap minggu.
SYCA, merek kosmetik yang berdiri pada 2019, menjadi contoh nyata dari ramalan Hanifa tersebut. Didirikan oleh Pamela Wirjadinata dan Monica Tan, SYCA sempat menarik perhatian dengan produk liptint yang viral setelah berkolaborasi dengan serial “Emily in Paris”. Namun, gemerlap popularitas tidaklah cukup untuk bertahan di pasar yang jenuh.
Pada 30 September 2024, SYCA mengumumkan akan menutup bisnis mereka secara permanen dan mengadakan penjualan cuci gudang. Unggahan perpisahan mereka di Instagram menjadi tanda resmi bahwa SYCA tidak lagi menjadi bagian dari industri kecantikan Tanah Air.
“SYCA is officially signing out, 31 Oktober 2024. Terima kasih sebanyak-banyaknya untuk seluruh dukungan Anda,” tulis SYCA dalam pernyataan pamitnya.
Sebulan sebelum SYCA, merek skincare lokal Noolab juga menyatakan pamit dari dunia kecantikan pada 5 Juni 2024. Menariknya, alasan di balik penutupan Noolab berbeda; merek ini tersandung masalah Hak Kekayaan Intelektual (HKI) atas nama merek yang ditolak untuk kedua kalinya.
Berusaha menghabiskan sisa stok dengan potongan harga hingga 60 persen, akhirnya Noolab harus menghentikan produksinya dan meninggalkan para penggemar yang mereka sebut sebagai “warganool”.
Sekitar satu tahun sebelumnya, merek skincare lokal lainnya, Innertrue, juga memutuskan untuk mengakhiri bisnisnya pada 31 Juli 2023. Merek ini sempat memberikan diskon besar-besaran selama satu bulan untuk produk-produknya sebelum akhirnya menutup toko secara permanen.
Innertrue menyampaikan salam perpisahan mereka melalui unggahan di Instagram, menyatakan bahwa setelah melalui berbagai pertimbangan, keputusan untuk berhenti sudah bulat. Namun, fenomena ini tidak hanya disebabkan oleh ketatnya persaingan dalam negeri.
Menjamurnya produk impor, khususnya dari China, ikut memberi tekanan besar pada merek-merek lokal. Anugerah Pakerti, CEO AVO Innovation Technology, menyatakan bahwa gempuran produk impor yang masuk ke Indonesia melalui platform e-commerce kian tak terbendung sejak pandemi. Kebijakan perdagangan yang kini semakin terbuka semakin memperparah kondisi ini.
“Lompatan barang dari luar sangat signifikan, menjadi tekanan bagi brand lokal. Ini membuat resah semuanya,” ungkapnya dalam diskusi “Beauty Journey” bersama CNBC Indonesia TV pada Agustus 2024.
Menurut Anugerah, meski industri kecantikan dalam negeri terus berkembang, dominasi produk impor bisa mematikan pasar lokal jika tidak ditanggapi dengan cepat dan serius.
“Butuh urgensi pengambilan keputusan jangka pendek agar produk UMKM punya daya saing kuat,” tambahnya.
Pemerintah diharapkan dapat memberikan perlindungan dan dukungan yang lebih konkret bagi industri kecantikan lokal, agar merek-merek seperti SYCA, Noolab, dan Innertrue tidak menjadi sekadar kisah sedih di tengah gempuran produk asing.
Di balik deretan nama-nama yang gugur ini, terselip pesan penting bagi para pelaku industri kecantikan di Indonesia: inovasi dan kemampuan adaptasi menjadi kunci utama untuk bertahan dalam persaingan yang semakin ketat. Karena di industri yang gemerlap, hanya yang tangguh yang mampu bertahan.(Ren)