HERALD.ID – Langit pagi di Bulak Kapal, Bekasi Timur, menjadi saksi bisu sebuah drama memilukan. Jeritan sirine ambulans beradu dengan deru mesin bus yang tak kunjung memberi jalan. Di dalam ambulans, nyawa seorang pasien yang tidak sadarkan diri berada di ujung tanduk, berkejaran dengan waktu untuk mendapatkan perawatan di RS Ananda, Tambun Selatan.
Namun, perjalanan hidupnya terhenti sebelum sampai tujuan. Keluarga pasien kini hanya bisa menatap nanar, merasakan kehilangan yang tak terperikan. Mereka yakin, keterlambatan ambulans mencapai rumah sakit disebabkan oleh sebuah bus yang menghalangi jalur darurat di Bulak Kapal.
Kisah dari Sopir Ambulans
Sang sopir ambulans, dengan suara yang masih bergetar, menjelaskan kronologi yang ia alami. Dari RS CNK, ia membawa pasien dalam kondisi kritis dengan kecepatan 80-90 km/jam. Saat mendekati Bulak Kapal, ia melihat sebuah bus yang melintas dari arah tol timur. Bus itu tiba-tiba berhenti, memotong jalur ambulans yang sedang bergegas.
“Saya sudah nyalakan sirine, tapi bus itu tetap di jalur kami. Sampai saya harus turun dan mengetuk kaca bus untuk meminta jalan,” ujar sopir tersebut. Namun, perdebatan di tengah jalan menguras waktu. Ketika akhirnya ambulans berhasil melanjutkan perjalanan, semuanya sudah terlambat.
Kesaksian Penumpang
Seorang saksi bernama Cahyo, yang mengenakan jaket Grab saat kejadian, mencoba melerai ketegangan antara sopir ambulans dan pengemudi bus. “Saya bilang ke sopir ambulans, ‘Sampean bawa pasien nggak sadar, sudah lanjut perjalanan ke rumah sakit, jangan malah ribut,’” tuturnya. Ia sempat menarik sopir ambulans kembali ke kendaraannya agar perjalanan dapat dilanjutkan.
Namun, momen-momen yang terbuang itu terasa begitu mahal. Begitu sampai di rumah sakit, nyawa pasien dinyatakan tidak tertolong.
Luka Keluarga, Tanggung Jawab Siapa?
Keluarga pasien merasa geram dan kecewa. Mereka menuding bus sebagai penyebab keterlambatan yang membuat pasien kehilangan peluang untuk diselamatkan. “Keterlambatan itu fatal. Jika saja jalannya tidak dihalangi, mungkin cerita akan berbeda,” ujar salah satu anggota keluarga.
Di sisi lain, pengemudi bus belum memberikan pernyataan resmi. Klarifikasi mengenai alasan bus berhenti di tengah jalan masih menjadi tanda tanya.
Nyawa dan Jalan Raya
Kisah ini mengingatkan kita betapa pentingnya kesadaran dan empati di jalan raya. Sirine ambulans bukan sekadar suara bising; itu adalah panggilan darurat yang membutuhkan perhatian dan prioritas. Dalam waktu yang singkat, hidup seseorang bisa bergantung pada seberapa cepat kita memberi jalan.
Di Bulak Kapal, mungkin hanya beberapa menit yang terbuang. Tapi bagi satu keluarga, menit-menit itu adalah selamanya. (*)