HERALD.ID — Pemerintah Filipina telah meningkatkan pengamanan terhadap Presiden Ferdinand ‘Bongbong’ Marcos Jr. dan keluarganya setelah pernyataan mengancam dari Wakil Presiden Sara Duterte. Pernyataan ini menciptakan guncangan besar dalam dunia politik Filipina.
Dalam konferensi pers daring, Sara Duterte mengungkapkan, ia telah memberikan instruksi kepada seseorang untuk membunuh Presiden Marcos, istrinya Liza Araneta-Marcos, dan Ketua DPR Martin Romualdez jika terjadi sesuatu terhadap dirinya.
“Saya katakan pada orang itu, ‘Jika mereka membunuh saya, bunuh Marcos, Liza Araneta, dan Martin Romualdez.’ Saya tidak bercanda,” ujar Sara.
Ia menuduh Romualdez, yang merupakan sepupu Presiden Marcos, ingin menyingkirkannya karena dianggap sebagai ancaman dalam Pilpres 2028.
“Romualdez memandang saya sebagai ancaman terbesar terhadap ambisinya mencalonkan diri dalam pemilu selanjutnya,” tambah Sara.
Komando Keamanan Kepresidenan (PSC) segera mengambil langkah pengamanan lebih ketat terhadap Presiden dan keluarganya. PSC menganggap ancaman ini sebagai isu serius yang berkaitan dengan keamanan nasional.
“Kami akan mendeteksi, mencegah, dan menahan semua bentuk ancaman terhadap presiden dan keluarganya. Ancaman ini sangat serius, terlepas dari siapa pun yang mengeluarkannya,” tegas PSC dalam pernyataan resmi.
Ancaman tersebut muncul di tengah tekanan politik yang semakin besar terhadap Sara Duterte. Ia disebut menghadapi upaya pemakzulan yang digerakkan oleh Ketua DPR Martin Romualdez, yang diduga berambisi mencalonkan diri dalam Pilpres mendatang.
Pernyataan Sara Duterte tidak hanya memanaskan konflik internal, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran tentang stabilitas politik Filipina. Para analis menilai bahwa pertikaian antara Presiden dan Wakil Presiden ini dapat melemahkan pemerintahan serta memengaruhi hubungan antara cabang eksekutif dan legislatif.
Kasus ini menjadi sorotan publik dan diperkirakan akan memengaruhi dinamika politik Filipina menjelang Pilpres 2028.