HERALD.ID, JAKARTA – Matahari siang di Lebak Bulus terasa hangat, menyinari TPS 029 yang menjadi saksi perhitungan suara Pilgub Jakarta. TPS ini bukan sembarang tempat, di sinilah Anies Baswedan, mantan Gubernur Jakarta, memberikan suaranya. Namun ironi demokrasi muncul di penghujung penghitungan, saat pasangan Pramono Anung-Rano Karno unggul jauh.

Riuh tepuk tangan pecah ketika Ketua KPPS membacakan hasil akhir: 190 suara untuk Pramono-Rano, jauh mengungguli pesaingnya, Ridwan Kamil-Suswono (93 suara) dan Dharma Pongrekun-Kun Wardana (19 suara). “Luar biasa, selamat,” terdengar gumaman lirih dari kerumunan saksi, meski beberapa wajah tampak murung menerima kenyataan ini.

Dari total 528 pemilih yang terdaftar, hanya 329 warga yang menggunakan hak suaranya. Sebanyak 302 suara dinyatakan sah, sedangkan 27 lainnya dinyatakan tidak sah, menambah nada ironi di TPS yang seharusnya menjadi kubu netral.

Tak lama setelah hasil diumumkan, Anies Baswedan tiba di TPS. Wajahnya tetap tenang, tersenyum ketika diminta awak media untuk berpose. Dengan percaya diri, ia mengangkat tiga jari, simbol nomor urut pasangan Pramono-Rano, sebagai tanda penghormatan terhadap demokrasi. “Ini hasil suara warga, kita hormati,” ujarnya singkat, sebelum berlalu meninggalkan TPS.

Penghitungan suara ini mengukuhkan posisi Pramono-Rano sebagai kandidat terkuat, tidak hanya di TPS ini tetapi juga di TPS lain di Jakarta Selatan. Kemenangan ini menambah kepercayaan diri tim pemenangan mereka, yang sejak pagi sudah merasakan angin keberhasilan bertiup kencang.

Di tengah panasnya dinamika politik, TPS 029 menjadi cermin kecil dari perjalanan panjang demokrasi Jakarta. Suara yang dihitung di sini bukan sekadar angka, tetapi cerminan aspirasi, harapan, dan mungkin juga kekecewaan warga. Dengan senyum tiga jari Anies sebagai penutup, hari ini TPS 029 telah menorehkan cerita baru di panggung politik Ibu Kota. (*)