HERALD.ID, JAKARTA – Mentari belum terlalu tinggi di langit Jakarta, tetapi riuh rendah sudah terasa di Jalan Cemara, Menteng. Di tengah hiruk-pikuk Pilgub Jakarta 2024, posko pemenangan pasangan Pramono Anung-Rano Karno mendadak jadi sorotan. Bukan karena penghitungan suara atau strategi politik, melainkan karena sebuah karangan bunga yang memantik tawa: “Selamat & sukses atas kemenangan Pramono Anung dan Rano Si Doel sebagai gubernur dan wakil gubernur Jakarta 2024. Horas! Jakarta Makin Bagus! Maruarar S.”
Karangan bunga itu berdiri megah, seolah menjadi deklarasi tersendiri. Namun, ada satu kejanggalan yang membuat cerita ini semakin menarik. Maruarar Sirait, Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman, yang namanya terpampang di sana, dengan cepat membantah keterlibatannya. “Ha-ha-ha-ha! Saya tidak mengirimkan karangan bunga itu. Mungkin ada Maruarar lain,” katanya sambil tertawa terbahak-bahak saat dikonfirmasi oleh wartawan.
Ara, sapaan akrabnya, jelas merasa ini lelucon yang cerdik. Di tengah tensi tinggi Pilgub, sentuhan humor ini menjadi angin segar. Namun, ia tak lupa menegaskan pentingnya menghormati proses demokrasi yang tengah berlangsung. “Penghitungan suara masih berjalan secara berjenjang oleh KPUD Jakarta. Mari kita hormati hasilnya,” ujarnya, tetap memegang etika politik meski tawa masih tersisa di wajahnya.
Sementara itu, pasangan Pramono Anung dan Rano Karno tak kalah percaya diri. Dengan hasil penghitungan internal yang mengklaim perolehan 50,07% suara, mereka sudah mendeklarasikan kemenangan. Namun, kubu Ridwan Kamil (RK)-Suswono, pesaing terdekat mereka, justru optimistis Pilgub ini akan berlanjut ke putaran kedua.
Di tengah perdebatan itu, karangan bunga misterius ini justru menjadi selingan yang menarik. Sebuah ironi kecil di tengah seriusnya perebutan kursi Gubernur Jakarta. Apakah ini strategi untuk mencairkan suasana? Atau hanya kreativitas pendukung yang tak ingin larut dalam ketegangan?
Ketika malam tiba, Jalan Cemara tetap ramai dengan aktivitas posko. Karangan bunga itu masih berdiri, menjadi saksi kecil dari pertempuran besar yang tengah berlangsung. Jakarta, seperti biasa, tetap penuh kejutan. Di setiap sudutnya, selalu ada cerita yang mengundang senyum, tawa, dan kadang-kadang, renungan. (*)