HERALD.ID — Kemenangan kotak kosong dalam Pilbup Bangka dan Pilwalkot Pangkalpinang 2024 menjadi sinyal kuat bahwa partai politik (parpol) gagal memenuhi ekspektasi masyarakat. Guru Besar Ilmu Politik Universitas Bangka Belitung, Ibrahim, menilai hasil ini menunjukkan ketidakmampuan parpol membaca aspirasi publik.

“Sebenarnya yang paling utama harus menarik hikmah dari kemenangan kotak kosong seperti di Bangka dan Pangkalpinang adalah partai politik. Mereka tidak mampu membaca arus keinginan publik, sehingga calon tunggal ditolak masyarakat,” ujar Ibrahim, Minggu 1 Desember 2024.

Ibrahim menekankan pentingnya parpol lebih moderat dan terbuka dalam menerima kandidat kepala daerah. Hal ini, menurutnya, tidak hanya berpengaruh pada pemenuhan aspirasi publik tetapi juga meningkatkan partisipasi pemilih.

“Kalau cakada yang diusung setidaknya bisa memenuhi harapan publik, tentu kotak kosong sulit untuk menang. Syukur-syukur kalau calonnya bisa lebih dari satu. Selain itu, tingkat partisipasi juga otomatis akan tinggi bila semua itu bisa diwujudkan parpol yang ada,” jelas Ibrahim.

Di Pilbup Bangka, kotak kosong berhasil meraih 57,25 persen suara, mengalahkan pasangan Mulkan-Ramadian yang hanya memperoleh 42,75 persen. Pasangan ini diusung oleh 10 parpol besar, termasuk PDIP, Golkar, Gerindra, dan Demokrat.

Situasi serupa terjadi di Pilwalkot Pangkalpinang, di mana kotak kosong memperoleh 57,98 persen suara, jauh mengungguli pasangan Maulan Aklil-Masagus Hakim yang hanya meraih 42,02 persen. Pasangan ini bahkan didukung oleh 16 parpol, termasuk PDIP, NasDem, Golkar, PKS, dan PPP.

Kemenangan kotak kosong di dua daerah ini menjadi peringatan bagi parpol untuk memperbaiki strategi dalam mencalonkan kepala daerah.