HERALD.ID, JAKARTA – Meski kalah di DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Depok, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tetap mengklaim sebagai salah satu partai dengan kemenangan Pilkada terbanyak setelah Gerindra.

Klaim ini, menurut pengamat politik Rocky Gerung, memunculkan perdebatan mengenai validitasnya, terutama karena sebagian besar kemenangan tersebut didorong oleh koalisi pragmatis tanpa dasar ideologi yang jelas.

“Banyak kemenangan yang diklaim PKS sebenarnya lebih didominasi oleh figur eksternal atau kekuatan koalisi, bukan hasil dari soliditas kader internal mereka,” ujar Rocky.

Ia mencontohkan kemenangan Ridwan Kamil, yang tak bisa sepenuhnya dikaitkan dengan PKS, menunjukkan keterbatasan partai dalam menciptakan pemimpin dari kadernya sendiri.

PKS, menurut Rocky, menghadapi tantangan besar dalam hal kaderisasi.

Beberapa kemenangan yang diraih kerap berasal dari figur non-kader, yang memperlihatkan lemahnya kapasitas internal partai.

Di Depok, misalnya, PKS harus menghadapi kekalahan setelah sebelumnya menjadi kekuatan dominan.

“Ini semacam wake-up call untuk PKS bahwa tanpa kaderisasi yang kuat, keberlanjutan pengaruh mereka akan rapuh,” tegas Rocky.