HERALD.ID – Di balik dinding-dinding berlapis prestasi Akademi Kepolisian 1983, nama Irjen Purn Ricky Sitohang berdiri tegap sebagai simbol pengalaman dan ketegasan. Pria kelahiran Medan, 22 Mei 1959, itu kini kembali menjadi sorotan, bukan karena gelar atau jabatan masa lalunya, melainkan oleh suaranya yang tegas menegur Agus Salim, seorang korban penyiraman air keras yang menangis lantang meminta uang donasi Rp1,3 miliar diserahkan kepadanya.
Suara Ricky, yang terekam dalam sebuah video viral, penuh dengan nada jengkel. Baginya, uang donasi adalah uluran tangan orang lain, bukan milik pribadi yang bisa dituntut seenaknya. “Sudahi dramamu,” begitu tegasnya, seolah menegaskan bahwa tangisan tidak akan menyelesaikan persoalan.
Sebagai seorang yang pernah menduduki berbagai jabatan strategis, termasuk Kapolda Nusa Tenggara Timur (2011-2013), Ricky telah lama dikenal sebagai sosok dengan integritas tinggi. Ia menjabat Kapolda saat wilayah itu menghadapi berbagai tantangan hukum, dan nama besarnya mencuat ketika ditugaskan sebagai kuasa hukum Budi Gunawan, eks Kepala BIN yang kini menjadi Menko Polhukam.
Kariernya yang panjang berawal dari menjadi Danton Sabhara Polda Metro Jaya pada 1983. Dari sana, ia melintasi jalur komando yang penuh liku, mulai dari Kapolsek hingga Kapolda, dan akhirnya menyelesaikan masa tugasnya sebagai Sahlijemen Kapolri sebelum pensiun pada 2017. Pascapurnatugas, Ricky tak sepenuhnya menepi. Ia bergabung dengan Partai Perindo dan menduduki jabatan strategis di PT MNC Asia Holding Tbk sebagai Komisaris Independen.
Namun, bukan hanya perjalanan kariernya yang membuat Ricky diperbincangkan. Kisah perseteruannya dengan Razman Nasution yang mengaku pernah menjadi kuasa hukum Budi Gunawan menjadi cerita lain tentang betapa tegas dan tak gentarnya dia menghadapi klaim tanpa dasar.
Ricky bukan sekadar jenderal dengan banyak tanda jasa. Ia juga seorang pria yang lugas, tak segan mengungkapkan pendapatnya. Dalam insiden terbaru ini, teguran Ricky kepada Agus Salim menunjukkan karakternya yang selalu berpijak pada prinsip kebenaran, tanpa terseret arus simpati yang mungkin membutakan.
Dia menyudahi drama Agus, dan menegaskan kalau uang donasi itu ilegal dan sisanya akan diberikan kepada yang berhak.
Sosok Ricky Sitohang mengingatkan kita akan pentingnya ketegasan di tengah gemuruh drama. Bagi sang jenderal, keadilan bukan soal siapa yang menangis paling keras, melainkan siapa yang berdiri paling kokoh di sisi kebenaran. (*)