HERALD.ID, JAKARTA — Pengamat politik Rocky Gerung menilai Indonesia tengah berada dalam situasi yang tidak menentu.

Berbagai konflik seperti kasus bentrokan di PIK-2 dan Rempang, serta isu Papua, turut memperburuk kondisi di tengah ketidakpastian ekonomi dan politik nasional.

Pemangkasan suku bunga oleh Bank Sentral Amerika Serikat sebenarnya diharapkan dapat meringankan beban utang dan mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Namun, Rocky menekankan bahwa tantangan domestik seperti korupsi, birokrasi, dan ketidakpastian hukum tetap menjadi penghalang utama dalam menarik minat investasi asing.

“Kondisi politik dan hukum di Indonesia menjadi faktor krusial yang memengaruhi kepercayaan investor asing. Ketika konflik dan ketidakstabilan terus terjadi, sulit bagi Indonesia untuk menjaga daya tariknya,” ujar Rocky.

Salah satu isu terbaru yang menguatkan ketidakpastian ini adalah penggeledahan ruang kerja Gubernur Bank Indonesia oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).

Tindakan ini memicu kekhawatiran masyarakat dan investor terkait transparansi institusi moneter yang seharusnya menjadi pilar stabilitas ekonomi.

Situasi ini turut menekan nilai tukar rupiah, yang melemah akibat sentimen negatif pasar. Selain itu, rencana kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dari 11% menjadi 12% pada akhir tahun semakin membebani masyarakat, terutama kelompok ekonomi menengah ke bawah.

“Penggeledahan oleh KPK di Bank Indonesia menambah beban psikologis di pasar. Krisis kepercayaan terhadap institusi negara semakin dalam, terutama ketika banyak berita negatif yang memperlihatkan lemahnya tata kelola pemerintahan,” tambah Rocky.

Di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo Subianto, kabinet baru menghadapi ujian berat untuk menjamin stabilitas dan arah kebijakan pembangunan.

Menurut Rocky, kurangnya akuntabilitas dan keterbukaan terhadap kritik justru memperbesar keresahan sosial.

“Pasar tradisional mulai sepi, proyek infrastruktur sering menggusur ekosistem tanpa manfaat jelas, dan masyarakat muda mulai mempertanyakan masa depan mereka. Generasi mendatang merasa tidak memiliki kepastian terhadap warisan yang mereka terima,” jelasnya.

Selain tantangan ekonomi, dinamika politik di Indonesia juga menambah kompleksitas situasi. Rocky menyoroti potensi guncangan dalam pemerintahan Prabowo di tengah upaya konsolidasi kekuasaan.

Pengaruh Megawati Soekarnoputri dalam Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) juga diprediksi dapat memicu dinamika politik lebih luas menjelang kongres partai.

Rocky menegaskan bahwa stabilitas ekonomi, politik, dan budaya sangat tergantung pada bagaimana pemerintah merespons tantangan ini.

“Pemerintah harus mampu mendengarkan kritik dan mengutamakan keadilan sosial untuk menciptakan kepercayaan kembali, baik di mata masyarakat maupun investor,” tutupnya. (*)