HERALD.ID, MAKASSAR – Penjabat (Pj) Gubernur Sulawesi Selatan (Sulsel), Zudan Arif Fakrulloh, mengajak masyarakat untuk memastikan keaslian uang yang mereka terima dengan memeriksanya di bank. Langkah ini disampaikan menyusul banyak ditemukan pasca terbongkarnya kasus produksi dan peredaran uang palsu (Upal) di kampus Universitas Islam Negeri (UIN) Alauddin Makassar yang sempat menghebohkan publik.
Menurut Zudan, uang palsu yang diproduksi di kampus tersebut memiliki kemiripan dengan uang asli sehingga sulit dibedakan.
“Memang sulit membedakan uang palsu, tapi tolonglah kalau terima duit dicek, kalau palsu dia akan terkelupas, kalau asli tidak. Tapi kalau memang ragu bawa ke bank cek asli atau tidak,” ujar Zudan di Kantor Gubernur Sulsel, Senin, 23 Desember 2024.
Zudan juga mengaku mendapat banyak pertanyaan dari masyarakat terkait keresahan beredarnya uang palsu di Sulsel.
“Saya mendapatkan beberapa pertanyaan dari masyarakat, bagaimana biar aman, pertama kalau mau aman gunakan transaksi non tunai. Yang sudah gunakan non tunai gunakan misalnya di warung-warung, cafe, minta QRIS dari perbankan, InsyaAllah aman,” katanya.
Ia menambahkan bahwa masyarakat dapat mengurangi risiko dengan memprioritaskan transaksi non-tunai. Jika menggunakan uang tunai, ia menyarankan agar uang diperiksa sendiri terlebih dahulu dan jika ragu, langsung dibawa ke bank.
Bank Indonesia Apresiasi Kinerja Polisi
Kepala Perwakilan Bank Indonesia (BI) Sulsel, Rizki Ernadi Wimanda, memberikan apresiasi atas kinerja aparat kepolisian dalam mengungkap kasus uang palsu di UIN Alauddin Makassar.
“Kami tidak dalam kapasitas membedakan berapa persen, satu saja beda itu sudah uang palsu. Yang paling tidak bisa dipalsukan adalah multi color, latent image, bahannya sudah ketahuan dan hasilnya relatif buram,” ungkap Rizki dalam konferensi pers di Mapolres Gowa, Kamis, 19 Desember 2024.
Rizki menegaskan bahwa tindakan memproduksi uang palsu melanggar Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2011 tentang Mata Uang. Ia juga menyebut peredaran uang palsu sebagai fenomena gunung es yang menunjukkan kasus ini mungkin hanya permukaan dari masalah yang lebih luas.
“Jadi uang palsu yang ditemukan ini seperti gunung es. Permukaannya saja, tetapi yang beredar mungkin sudah banyak, kita tidak tahu. Jika menemukan uang palsu laporkan ke polisi atau Bank Indonesia,” tuturnya.
Ia mengingatkan masyarakat untuk mengenali ciri-ciri uang rupiah asli, terutama pada pecahan besar seperti Rp 100 ribu.
“Memang tidak mudah melihatnya secara kasat mata. Salah satu cara adalah dengan memiringkan uang untuk melihat efek saving colour. Masyarakat juga diingatkan untuk memperhatikan mikroteks pada uang. Jika gambar terlihat buram, itu bisa menjadi indikasi bahwa uang tersebut palsu,” tandasnya.
Masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan saat bertransaksi tunai dan melaporkan temuan uang palsu kepada pihak berwenang. (war)