HERALD.ID, JAKARTA – Mentari sore mulai meredup di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, ketika sederet mobil mewah berhenti di depan kediaman Presiden Prabowo Subianto. Para pemimpin partai politik Koalisi Indonesia Maju (KIM) tiba satu per satu, wajah-wajah mereka menyiratkan keseriusan, namun tetap dihiasi senyum persahabatan. Pertemuan kali ini, seperti banyak yang mendahuluinya, menyimpan aroma strategi dan kebersamaan.

Di dalam ruangan, suasana tampak hangat namun fokus. Prabowo, dengan gayanya yang khas, membuka pertemuan itu dengan nada santai. “Pertemuan ini untuk membahas libur Natal dan Tahun Baru,” ujarnya, sembari sesekali melontarkan candaan ringan yang memecah suasana. Namun di balik canda itu, tersirat pentingnya diskusi yang berlangsung.

Tradisi Rutin di Tengah Kesibukan

Prabowo mengakui, kesibukannya yang belakangan ini membawanya melintasi berbagai negara, membuat pertemuan semacam ini tertunda. “Biasanya kita seminggu sekali pasti bertemu,” katanya. Meski rutinitas ini tampak sederhana, bagi koalisi, pertemuan tersebut menjadi momen untuk memperkuat sinergi dan memastikan visi bersama tetap terjaga.

Di luar, suasana mulai lengang. Ketum PKB Muhaimin Iskandar (Cak Imin) menjadi yang pertama meninggalkan kediaman, disusul oleh Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dari Demokrat dan Zulkifli Hasan (Zulhas) dari PAN. Di belakang mereka, Presiden PKS Ahmad Syaikhu, Viktor Bungtilu Laiskodat dari NasDem, hingga Ketua MPR Ahmad Muzani, satu per satu meluncur meninggalkan lokasi.

Prabowo sendiri meninggalkan tempat beberapa saat kemudian. Kesibukan seorang presiden memang tak pernah mengenal jeda, bahkan di penghujung tahun.

Di Balik Pintu yang Tertutup

Apa sebenarnya yang dibahas selama dua jam di balik pintu-pintu Kertanegara? Selain soal libur akhir tahun, pertemuan ini diyakini menjadi ajang untuk mengevaluasi langkah koalisi ke depan. Bagaimanapun, keberagaman latar belakang dan kepentingan di dalam KIM adalah kekuatan sekaligus tantangan.

Namun, sore itu, aroma kebersamaan lebih kuat terasa. Di tengah percakapan tentang rencana akhir tahun dan dinamika politik, terselip kisah kekompakan para pemimpin yang bertekad menjaga stabilitas negara.

Langit Kertanegara kini mulai gelap, namun di dalamnya tersimpan secercah cahaya harapan: bahwa pertemuan ini bukan sekadar rutinitas, melainkan simbol persatuan dan arah yang jelas untuk masa depan. (*)