HERALD.ID, TEL AVIV–Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa pertempuran di Gaza akan berlanjut menyusul negosiasi penyanderaan dengan Hamas, menurut laporan di situs web Channel 12.

Pernyataannya memperkuat kekhawatiran bahwa PM tidak berniat mengakhiri perang dan meninggalkan Jalur Gaza dalam waktu dekat meski Presiden terpilih AS, Donald Trump sudah meminta kesepakatan pembebasan sandera dilakukan sebelum dirinya dilantik.

“Jika ada kesepakatan—dan saya harap akan ada—Israel akan kembali berperang setelahnya. Tidak ada alasan untuk mengaburkan atau menyembunyikan ini karena dimulainya kembali pertempuran dimaksudkan untuk menyelesaikan tujuan perang. Ini tidak menghalangi kesepakatan; tetapi mendorongnya,” kata Netanyahu di Channel 12 dikutip dari Asharq Al-Awsat.

Pernyataan terbaru PM muncul saat negosiasi untuk pembebasan sandera menghadapi kesulitan karena dua masalah: Permintaan agar Hamas menyerahkan daftar nama tahanan, baik yang masih hidup maupun yang sudah meninggal. Sementara itu, gerakan itu bersikeras bahwa kesepakatan yang diusulkan mencakup persyaratan untuk mengakhiri perang.

Channel 12 mengatakan pernyataan tersebut memicu kekhawatiran baru di antara anggota tim negosiasi penyanderaan, yang percaya bahwa komentar tersebut telah mempersulit tercapainya kesepakatan.

Mereka mengatakan pernyataan Netanyahu memperkuat kekhawatiran Hamas bahwa PM tidak bermaksud mencapai tahap akhir dari kesepakatan gencatan senjata.

Para mediator secara aktif berusaha mencapai kesepakatan sebelum Presiden terpilih AS Donald Trump menjabat dalam waktu sekitar 20 hari.

Channel 12 mengatakan komentar Netanyahu menimbulkan kekhawatiran serius bahwa bahkan dalam kesepakatan parsial, tahap pertama dari kesepakatan tiga fase yang dibayangkan, tidak akan membuahkan hasil.

Netanyahu telah lama bersikeras untuk melanjutkan pertempuran setelah kesepakatan apa pun dengan Hamas di Jalur Gaza. PM mengatakan baik Hamas maupun Otoritas Palestina yang berpusat di Ramallah tidak boleh memerintah wilayah tersebut, dan bahwa Israel akan mempertahankan kendali keamanan penuh.

Warga Palestina, Arab, dan Amerika khawatir bahwa Israel bermaksud untuk mendirikan pemerintahan militer di Jalur Gaza. (ilo)